Saham Rusia melemah dan rubel rebound dari rekor terendah pada Selasa (22/2). Hal itu karena investor bereaksi terhadap keputusan Presiden Vladimir Putin untuk memerintahkan pasukan ke Ukraina Timur.
Indeks saham MOEX Moskow memangkas kerugian besar setelah turun lebih dari 10% pada Senin (21/2). Hal itu membawa kerugian sepanjang tahun ini menjadi sekitar 20%.
"Kami memperkirakan penurunan lebih lanjut dalam jangka pendek di pasar saham Rusia," tulis analis di JPMorgan Chase dikutip dari CNN, Rabu (23/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gejolak pada pasar dan ekonomi Rusia akan terbatas jika pasukannya tidak maju melampaui bagian timur Ukraina yang diakui Putin sebagai negara merdeka.
Presiden AS Joe Biden mengatakan akan memberlakukan tahap pertama sanksi terhadap Rusia atas invasi awalnya ke Ukraina. Dia berjanji akan lebih banyak sanksi yang datang jika Rusia melangkah lebih jauh ke Ukraina.
Analis di Capital Economics mengatakan bahwa sanksi yang paling sering dibahas dapat menurunkan 1% dari produk domestik bruto (PDB) Rusia. Langkah-langkah yang lebih agresif seperti memblokir Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT dapat mengurangi output ekonomi sebesar 5%.
Menurut Capital Economics, Rusia berada dalam posisi yang lebih baik untuk menahan goncangan ekonomi dibanding 2014, ketika sanksi Barat dan jatuhnya harga minyak digabungkan untuk menjatuhkan sekitar 2,5% dari PDB negara itu dan memicu krisis keuangan.
Rusia memiliki lebih banyak cadangan mata uang asing, utang luar negerinya lebih rendah, dan hubungan keuangannya dengan ekonomi utama lebih kecil.
Badan pemeringkat Rusia ACRA memperkirakan bahwa bank-bank negara itu mengimpor uang kertas senilai US$ 5 miliar dalam mata uang asing pada bulan Desember, naik dari US$ 2,65 miliar pada tahun sebelumnya.
Tonton juga Video: Kendaraan Militer Rusia Semakin Bertambah di Perbatasan Ukraina