The Fed Disebut Bikin IHSG Gonjang-ganjing, Kok Bisa?

The Fed Disebut Bikin IHSG Gonjang-ganjing, Kok Bisa?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Senin, 09 Mei 2022 19:30 WIB
Suku Bunga The Fed Naik
Foto: Tim Infografis, Mindra Purnomo
Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini tercatat mengalami penurunan dan bertengger di zona merah. Saham-saham dari berbagai perusahaan juga merosot mulai dari saham teknologi sampai saham perbankan.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve disebut menjadi salah satu penyebab gonjang-ganjingnya IHSG. Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan memang kenaikan suku bunga The Fed turut mempengaruhi indeks saham dan rupiah.

Meskipun di Indonesia kondisi fundamental dalam negeri cukup bagus, namun tidak kuat menahan gempuran dari eksternal. Apalagi di Amerika Serikat juga sedang menunggu data inflasi yang angkanya diprediksi masih di kisaran 8%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ibrahim, dengan naiknya suku bunga acuan AS ini maka akan membuat dolar AS menguat. Nah penguatan dolar AS ini akan membuat barang-barang komoditas yang melawan dolar menjadi mahal. Jika indeks dolar terus meningkat maka pasar akan khawatir adanya resesi.

"Jika bunga acuan naik, maka modal-modal asing yang ada di negara lain termasuk di Indonesia itu lebih pilih invest di dolar AS. Karena itu lebih aman dibandingkan mata uang lain. Apalagi dolar AS saat ini masih sangat kuat dan berpengaruh," kata Ibrahim saat dihubungi, Senin (9/5/2022).

ADVERTISEMENT

Tak cuma The Fed, Ibrahim juga menyebut pasar khawatir dengan kondisi ketegangan Rusia dan Ukraina. Di mana Presiden Vladimir Putin sempat mendeklarasikan perang terbuka dan dikhawatirkan menjadi perang dunia ketiga.

Sebelumnya dikutip dari Reuters, kenaikan bunga acuan ini akan membuat warga AS akan membayar angsuran KPR, mobil menjadi lebih mahal.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, mengatakan kebijakan suku bunga The Fed akan mendorong larinya aliran modal dari negara berkembang termasuk Indonesia ke AS. "Akan terjadi capital outflow. Kalau capital outflow terjadi, putaran berikutnya saya kira rupiah akan semakin melemah ya," katanya.

Lanjut di halaman berikutnya.

Bila rupiah melemah, dia menjelaskan maka beban utang pemerintah akan meningkat lantaran banyak utang pemerintah yang dalam bentuk mata uang asing.

"Tentu saja karena utang semakin meningkat, ya cadangan devisa kita ya karena harus untuk bayar utang dalam mata uang dolar kan semakin berkurang. Saya kira memang dampak ikutannya tadi devisa kita berkurang, kemampuan kita untuk membayar impor kita semakin melemah," tuturnya.

Oleh karena itu, dia menilai Bank Indonesia (BI) perlu melakukan Beberapa upaya. Misalnya saja melakukan operasi di pasar uang dengan menambah jumlah uang beredar.

"Yang kedua harus katakanlah membuka peluang untuk BI menaikkan suku bunga seven day repo rate dari 3,5 lah ya maksimal 25 atau 50 basis poin juga," tambah Tauhid.

(kil/das)

Hide Ads