Dolar AS Jadi Tembus Rp 15.000 Nih?

Dolar AS Jadi Tembus Rp 15.000 Nih?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 06 Jul 2022 06:00 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan hingga menembus rekornya selama satu tahun belakangan ini. Nilai tukar rupiah tembus level Rp 9.849/US$, pada Senin (27/5/2013) kemarin. file/detikfoto
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat terhadap rupiah. Sejumlah data menunjukkan, dolar AS semakin dekat dengan Rp 15.000.

Seperti dikutip detikcom, Selasa (5/7/2022), Bloomberg sore kemarin mencatat dolar AS berada di level Rp 14.993. Artinya, hanya 7 poin lagi untuk mencapai Rp 15.000.

Sementara, data Reuters menunjukkan dolar AS berada pada level Rp 14.957. Lalu, data RTI menyebutkan dolar AS berada di level Rp 14.938.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa bank tercatat telah menjual dolar AS di harga Rp 15.000. Dikutip dari laman resmi bank, Bank BNI mematok harga beli dolar AS di Rp 14.962. Kemudian, menjual dolar AS di harga Rp 15.011.

Bank lain yang menjual dolar AS di harga Rp 15.000 ialah Bank BTN. BTN menetapkan harga beli Rp 14.850 dan harga jual Rp 15.100.

ADVERTISEMENT

Sementara, Bank BRI membeli dolar AS di harga Rp 14.973 dan menjualnya Rp 14.993. Lalu, Bank Mandiri membeli dolar AS seharga Rp 14.965 dan menjualnya Rp 14.995. Bank BCA membeli dolar AS Rp 14.976 dan menjual dolar AS di harga Rp 14.991.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah yang terus melemah akan berdampak ke harga barang konsumsi yang memerlukan impor. Selain itu, pelemahan rupiah bisa mendorong inflasi yang kemudian menekan daya beli masyarakat.

"Rupiah yang terus melemah bisa memberikan efek negatif ke harga barang konsumsi yang memerlukan impor. Barang jadi mahal, dan ini bisa menambah inflasi dalam negeri dan menekan daya beli masyarakat. Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi bisa melambat," jelasnya kepada detikcom.

Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan, pelemahan rupiah telah diperkirakan seiring dengan sempitnya jarak antara suku bunga AS dan domestik. Dia menuturkan, keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan menahan masuknya aliran modal asing dan bahkan mendorong modal asing keluar. "Hal ini menjadi tekanan melemahkan rupiah," katanya.

Menurutnya, jika rupiah terus melemah akan memberikan dampak pada ekonomi nasional. Dia mengatakan, hal itu bisa menurunkan masuknya investasi asing ke Tanah Air hingga menekan pertumbuhan ekonomi.

"Pelemahan rupiah bisa meningkatkan risiko investasi sekaligus menurunkan masuknya investasi asing ke Indonesia. Pelemahan rupiah juga meningkatkan potensi inflasi di Indonesia. Inflasi Indonesia bisa meningkat lebih besar dan memangkas daya beli masyarakat. Ujungnya menahan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi," terangnya.




(acd/zlf)

Hide Ads