Garuda Indonesia Masih Rugi Rp 62 Triliun di 2021

Garuda Indonesia Masih Rugi Rp 62 Triliun di 2021

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 14 Jul 2022 08:52 WIB
Beberapa pesawat Garuda Indonesia mengenakan masker dalam rangka kampanye prokes di awal pandemi Covid-19
Foto: Istimewa
Jakarta -

PT Garuda Indonesia Tbk telah merilis laporan keuangan tahun 2021. Dalam laporan tersebut Garuda masih mencatat kerugian tahun berjalan sebesar US$ 4,16 miliar atau setara dengan Rp 62,3 triliun.

Dikutip dari keterbukaan informasi pendapatan usaha Garuda tercatat US$ 1,33 miliar dengan komposisi penerbangan berjadwal sebesar US$ 1,04 miliar penerbangan tidak berjadwal US$ 207,4 juta dan lainnya US$ 207,4 juta.

Beban usaha Garuda Indonesia tercatat US$ 2,6 miliar mengalami penurunan dibandingkan periode 2020 sebesar US$ 3,03 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total aset Garuda Indonesia saat ini tercatat US$ 7,19 miliar. Terdiri dari aset lancar US$ 305,7 miliar dan aset tidak lancar US$ 6,88 miliar. Sementara itu total liabilitas tercatat US$ 13,3 miliar yang terdiri dari total liabilitas jangka pendek US$ 5,77 miliar dan total liabilitas jangka panjang US$ 7,53 miliar.

Kemudian total liabilitas dan ekuitas Garuda sebesar US$ 7,19 miliar turun dibandingkan periode 2020 sebesar US$ 10,78 miliar.

ADVERTISEMENT

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan terlepas dari tekanan kinerja usaha yang dicatatkan pada tahun 2021 lalu, secara fundamental, operasional Garuda berhasil meningkatkan sejumlah catatan kinerja operasi di antaranya melalui angkutan kargo group tercatat meningkat sebesar 20,38% dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2020.

Hal tersebut turut menunjang peningkatan proporsi pendapatan kargo pada total pendapatan usaha Garuda yang berada di kisaran 24,85% dibandingkan dengan pendapatan kargo di tahun 2020 sebesar 17,74%.

Pendapatan kargo tersebut juga termasuk di dalamnya pendapatan angkutan freighter yang menjadi salah satu bentuk diversifikasi usaha Perusahaan dalam menjaga arus kas operasional Garuda Indonesia.

Dia menjelaskan sepanjang tahun 2021 Garuda juga telah melayani sedikitnya 2.221 penerbangan charter, atau mengalami peningkatan sebesar 27,21% dibandingkan dengan tahun 2020 yang berjumlah 1.746 penerbangan charter.

Hal ini tentunya menjadi outlook positif bagi pendapatan usaha pada lini penerbangan tidak berjadwal yang menunjukkan pertumbuhan menjanjikan kedepannya. Sepanjang tahun 2021, Garuda secara group berhasil mempertahankan konsistensi jumlah penumpang di angka sekitar 10,9 juta penumpang dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu.

Konsistensi tersebut menjadi sebuah fundamen kinerja operasional Garuda yang positif bagi kinerja Perusahaan ditengah situasi pandemi yang mencapai fase puncaknya di tahun lalu yang disertai dengan berbagai restriksi perjalanan yang diberlakukan hingga akhir tahun.

Lebih lanjut, dari aspek pengelolaan kinerja korporasi, Garuda juga melakukan sejumlah langkah strategis dalam memastikan langkah pemulihan kinerja imbas penurunan trafik penerbangan berjalan dengan berkesinambungan.

Langkah tersebut yang dilakukan melalui langkah restrukturisasi finansial baik untuk kewajiban usaha jangka panjang dan jangka pendek, restrukturisasi beban biaya operasional yang dilakukan melalui langkah negosiasi beban sewa pesawat, hingga biaya penunjang operasi lainnya.

Selain itu, Garuda juga terus memaksimalkan upaya service improvement pada seluruh lini operasi yang turut ditunjang dengan streamlining business process melalui simplifikasi proses kerja baik untuk menurunkan beban biaya atau memaksimalkan seamless experience layanan penerbangan bagi pengguna jasa.

Irfan mengatakan berbagai langkah strategis tersebut yang turut diselaraskan dengan proses restrukturisasi kewajiban usaha melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ("PKPU") dan telah mencapai tahapan homologasi pada Juni 2022 lalu, secara bertahap mulai mencatatkan peningkatan kinerja usaha secara positif baik dari segi cost structure, hingga kemampuan Perusahaan dalam memaksimalkan profitabilitas pada kinerja usahanya.

"Hal ini yang terus kami optimalkan melalui pengembangan business plan Perusahaan dalam jangka panjang yang kami harapkan dapat menavigasi kinerja korporasi yang semakin agile dan adaptif dalam menghasilkan profitabilitas secara berkelanjutan," kata dia dalam siaran pers, ditulis, Kamis (14/7/2022).

Dia juga menjelaskan tahun 2022 menjadi tahun krusial proses pemulihan kinerja Garuda selaras dengan berbagai langkah strategis yang terus dioptimalkan Perusahaan dengan tercapainya homologasi pada proses PKPU sebagai basis misi restrukturisasi yang dijalankan Garuda.

"Oleh karenanya, dengan berbagai momentum strategis yang terus diakselerasikan Perusahaan di tahun 2022 ini kami optimistis kinerja korporasi akan berangsur pulih dalam waktu dekat melalui basis optimalisasi kinerja positif pada lini pendapatan usaha Garuda," jelas dia.

Menurut Irfan kinerja Garuda selama lebih dari 2 tahun Garuda tertekan dan berdampak pada kinerja keuangan yang mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Hal tersebut tercerminkan melalui kinerja operasional di tahun 2021 yang merupakan fase puncak pandemi dengan tingkat positive rate tertinggi sepanjang pandemi berlangsung di Indonesia.

Hal ini, menurut dia adalah kondisi tersebut yang berdampak secara langsung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk terbang sehingga terjadi penurunan trafik penumpang secara signifikan sepanjang tahun 2021.



Simak Video "Video: Mengulik Kecanggihan Fitur Find My yang Dipakai Penumpang Garuda Lacak iPhone"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads