Lawatan Ketua DPR AS ke Taiwan Bikin Yuan China Rontok

Lawatan Ketua DPR AS ke Taiwan Bikin Yuan China Rontok

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 04 Agu 2022 10:02 WIB
Mata Uang Yuan
Lawatan Ketua DPR AS ke Taiwan Bikin Yuan China Rontok/Foto: Chinadaily.com
Jakarta -

Nilai tukar yuan China merosot 6,5% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Angka ini lebih baik dibandingkan negara-negara lain di dunia pada tahun ini dibandingkan euro, poundsterling Inggris, dan won Korea Selatan yang turun lebih dari 10%, sementara yen Jepang telah jatuh hampir 16%.

Di sisi lain, perjalanan kontroversial Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan telah menimbulkan kekhawatiran akan memburuknya hubungan antara China dan AS, dua ekonomi terbesar dunia.

China merespons akan meluncurkan latihan militer peluru tajam di sekitar Taiwan dan menangguhkan impor pasir alam serta beberapa buah dan ikan. China merupakan mitra dagang terbesar Taiwan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkobarnya ketegangan ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor di mana situasinya dapat semakin memburuk. Partai Komunis China yang berkuasa mengklaim Taiwan sebagai miliknya, meskipun tidak pernah mengendalikannya.

"Ini adalah sesuatu yang diketahui investor untuk sementara waktu sebagai titik nyala potensial," ujar Kepala Strategi Lintas Aset untuk Pasar Negara Berkembang di UBS, Manik Narain dilansir CNN, Kamis (04/08/2022).

ADVERTISEMENT

Sementara itu, apabila China sampai meluncurkan konfrontasi militer, akan sangat sulit untuk memberikan sanksi ekonomi seperti yang dilakukan pada Rusia.

"Mereka dapat melihat apa yang terjadi pada pasar Rusia. Investor tidak ingin membuat kesalahan yang sama dua kali," kata Narain.

TAIPEI, TAIWAN - AUGUST 03: Speaker of the U.S. House Of Representatives Nancy Pelosi (D-CA), center left, speaks Taiwan's President Tsai Ing-wen, center right, after arriving at the president's office on August 03, 2022 in Taipei, Taiwan. Pelosi arrived in Taiwan on Tuesday as part of a tour of Asia aimed at reassuring allies in the region, as China made it clear that her visit to Taiwan would be seen in a negative light. (Photo by Chien Chih-Hung/Office of The President via Getty Images)TAIPEI, TAIWAN - AUGUST 03: Speaker of the U.S. House Of Representatives Nancy Pelosi (D-CA), center left, speaks Taiwan's President Tsai Ing-wen, center right, after arriving at the president's office on August 03, 2022 in Taipei, Taiwan. Pelosi arrived in Taiwan on Tuesday as part of a tour of Asia aimed at reassuring allies in the region, as China made it clear that her visit to Taiwan would be seen in a negative light. (Photo by Chien Chih-Hung/Office of The President via Getty Images) Foto: Getty Images/Handout

Menurut Narain, mengeluarkan China dari ekonomi global akan menjadi tugas yang hampir mustahil mengingat integrasinya dengan rantai pasok, pentingnya pasar bagi perusahaan besar Barat dan kekuatan manufaktur negara itu. Tetapi ancaman kehancuran geopolitik yang begitu signifikan telah terlihat.

Lebih lanjut ia mengatakan, kunjungan Pelosi ini bukan satu-satunya faktor yang membebani mata uang China. Pasar negara berkembang juga sedang berjuang untuk menarik investasi karena suku bunga AS naik, yang membuat penanaman uang di lokasi berisiko tinggi terlihat kurang menarik.

Sementara itu, Narain pun menjelaskan mengenai kondisi ekonomi China. Aktivitas pabrik mengalami kontraksi pada Juli, menurut data yang dirilis akhir pekan lalu. Resesi global juga turut berdampak pada ekspor negara itu. Lebih lanjut, permintaan domestik juga terganggu akibat lockdown Covid-19 baru-baru ini di kota-kota besar dan sektor real estat yang rentan.

"Pada saat ekspor kemungkinan akan segera kehabisan tenaga karena permintaan global yang lebih lemah, pemulihan permintaan domestik China tidak mungkin segera terwujud, dalam pandangan kami, mengingat berlanjutnya pembatasan Covid dan guncangan baru-baru ini pada pasar properti," ujar Helen Qiao dan Miao Ouyang, Ekonom Bank of America.

Ditambah lagi, ketika ekonomi tersendat, bank sentral China memilih melonggarkan kebijakannya, sementara sebagian besar bank sentral lainnya di dunia menerapkan pengetatan. Hal ini dapat menimbulkan tekanan pada yuan, dengan potensi divergensi yang tajam.

"Langkah di mana AS menaikkan suku bunga bisa menjadi sangat penting," tutup Narain.

(ara/ara)

Hide Ads