Kondisi keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk bisa dibilang tak terlalu baik. Hal itu tercermin dari debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas yang mencapai 6x, di atas batas covenant 3,5x di 2021.
Tercatat, total liabilitas Adhi Karya sebesar Rp 34,2 triliun dan total ekuitas Rp 5,7 triliun.
Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson mengatakan, ada beberapa proyek yang berkontribusi pada DER Adhi Karya. Sebutnya, pertama proyek Tol Aceh-Sigli milik PT Hutama Karya (Persero).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada awal-awal pembiayaan di Tol Banda Aceh-Sigli ini memang dulu kita menggunakan kemampuan dengan utang. Karena pada awal-awalnya dulu dana untuk Banda Aceh-Sigli juga belum tersedia dan terakhir ini sudah tersedia dengan baik, tapi masih punya sisa tagihan, yang ada di piutang juga cukup besar di situ. Kurang lebih hampir yang dalam pekerjaan kita sekitar Rp 1,5 triliun," paparnya di Komisi XI, Jakarta, Selasa (13/9/2022).
Proyek lain ialah LRT Jabodebek. Dia mengatakan, nilai kontrak proyek ini Rp 23,3 triliun.
Adapun pola pembiayaannya, sebanyak Rp 4,2 triliun menggunakan skema turnkey di mana Adhi Karya akan menerima pembayaran di akhir. Sementara, Rp 19,1 triliun dilakukan pembayaran dengan tiga bulanan.
Lanjutnya, dari Rp 19,1 triliun itu, Adhi Karya baru menerima Rp 16 triliun.
"Memang saat ini kalau dihitung secara keseluruhan dari progres kami yang secara keseluruhan itu kurang lebih hampir Rp 20 trilun sekarang ini yang kami terima Rp 16 triliun," katanya.
"Karena inilah kemudian meningkatkan aset yang demikian besar sehingga DER-nya meningkat besar kalau dibandingkan antara kewajiban-kewajiban dengan ekuitas sampai 6x," jelasnya.