Sementara itu, pada Jumat lalu, Tesla memamerkan robot terbarunya. Dalam serangkaian cuitan selama akhir pekan, Musk kembali menjanjikan bahwa bisnis robotnya akan mengubah penjualan dan profitabilitas perusahaan. Namun menurut Ives, hal ini justru membawa nilai buruk bagi perusahaan.
"Meskipun visioner, saya pikir itu tidak membaca ruangan. Ada pandangan dia tidak fokus pada apa yang perlu dilakukan saat ini," kata Ives.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan tampilan yang bagus untuk Wall Street ketika Anda melakukan AI Day pada hari Jumat dan kehilangan pengiriman pada hari Minggu," tambahnya.
Bukan pertama kalinya komentar Musk menyebabkan masalah pada nilai saham selama enam bulan terakhir. Beberapa waktu lalu, dua pabrik Tesla baru dibuka di Texas dan Jerman. Musk menggambarkannya sebagai Musk 'tungku uang raksasa'.
Kedua pabrik tersebut menghabiskan miliaran uang tunai, padahal saat itu mereka tengah berjuang untuk meningkatkan produksi. Musk bahkan sempat menyebut resiko kebangkrutan dalam satu wawancaranya.
Seolah-olah semua itu belum cukup menghantam saham Tesla, pada bulan Juni lalu Musk mengatakan, dia memiliki firasat yang sangat buruk tentang ekonomi dan mengumumkan rencana untuk memangkas jumlah stafnya.
"Musk telah membakar bahan bakar, dan kegagalan Twitter telah menambah apa yang telah menjadi mimpi buruk selama enam bulan bagi stok," kata Ives.
Oleh karena itu, demi bangkit, Musk harus membuktikan kinerja perusahaannya demi meyakinkan dan kepercayaan para investornya ke depan.
Di sisi lain, ternyata Tesla tidak sendirian. Banyak saham perusahaan teknologi tinggi lainnya yang mengalami penurunan serupa dalam enam bulan terakhir. Pasar berubah bearish karena bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunganya, memicu kekhawatiran tentang kemungkinan resesi global.
Saham Apple (AAPL) turun 21% selama kuartal kedua dan ketiga, sementara saham induk Google (GOOG) Alphabet anjlok 31%, dan induk Facebook Meta (FB) anjlok 39%. Saham Amazon (AMZN) kehilangan 31%.
(ara/ara)