Farras juga memberi contoh apabila ada pemodal ventura menyuntik modal ke suatu startup di putaran pendanaan seri A misalnya, saat valuasi startup masih di kisaran jutaan dolar AS. Valuasi startup tersebut kini sudah unicorn (di atas US$ 1 miliar) dan horizon investasi mereka sudah terpenuhi dalam 5 tahun. Maka, langkah selanjutnya, mereka akan keluar.
"Jualnya ke siapa? Jualnya ke investor lain yang orientasinya jangka panjang seperti dana investasi negara [sovereign wealth fund] atau bahkan investor strategis lain yang bisa mendapatkan sinergi bisnis dengan startup tersebut, jadi bukan berarti mereka jual dan ditinggalkan begitu saja," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemodal ventura tersebut keluar juga tidak selalu dalam kondisi rugi (cut loss). "Bayangkan saja jika mereka masuk ketika valuasinya masih jutaan dolar, dalam 5-10 tahun startup tersebut sudah menyandang status unicorn atau decacorn [di atas US$ 10 miliar], jadi keuntungan mereka juga sudah berlipat ganda," jelasnya.
Selain karena untung, kata Farras, mereka juga terikat kontrak dengan pemodal mereka sebelumnya. Itulah yang menjadi dasar dari exit dari pemodal awal sebelum IPO.
Senada dengan Farras, Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo juga menambahkan, biasanya di fase seperti itu yang berpotensi masuk juga investor strategis yang mencari peluang untuk sinergi bisnis dengan startup tersebut. Dalam hal ini startup justru mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dari bisnisnya.
(ncm/ega)