Target Harga
Dalam risetnya, dua analis CGS-CIMB, Ryan Winipta dan Baruna Arkasatyo, mempertahankan rekomendasi hold dengan target harga Rp 204/saham.
"Kami mempertahankan hold kami di GoTo dengan target harga yang tidak berubah Rp 204/saham, menyiratkan penjualan secara tahunan atau FY24F 7,7x EV/penjualan bersih," tulis keduanya dalam riset 18 November.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Ryan dan Baruna juga menyadari adanya risiko penurunan harga saham GoTo seiring dengan berakhirnya periode lock-up per 30 November, sama seperti analisis Mansek. Hanya saja ada juga risiko kenaikan yang didorong kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang bersikap hawkish.
Menurutnya, hal ini memungkinkan adanya valuasi ulang terhadap saham-saham perusahaan teknologi. Adapun Hawkish adalah kebijakan The Fed ketika mendukung kenaikan suku bunga untuk memerangi tingkat inflasi.
Sementara itu, dalam conference call dengan para analis media pada Senin (21/11), manajemen GoTo pun melaporkan rugi EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 3,7 triliun. Turun 11% dari periode yang sama tahun sebelumnya dan turun 10% dari kuartal II-2022 yakni Rp 4,1 triliun. Dengan demikian, GoTo mencetak perbaikan rugi EBITDA yang disesuaikan dalam tiga kuartal beruntun.
Nilai transaksi bruto atau GTV meningkat di tengah langkah perusahaan mengurangi insentif dan faktor makroekonomi. Total GTV GoTo di kuartal III naik 33% mencapai Rp 161 triliun dari periode yang sama tahun lalu dan melampaui target yang ditetapkan antara Rp 151 triliun hingga Rp 156 triliun.
Pendapatan bruto Q3-2022 juga naik 30% dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 5,9 triliun, mencapai batas atas pedoman yang ditetapkan antara Rp 5,7 triliun hingga Rp 6,0 triliun.
Total, selama 9 bulan di tahun ini, GTV GoTo mencapai Rp 451,47 triliun dari periode yang sama tahun tahun lalu Rp 324,94 triliu (proforma), naik 38,94%. Sedangkan pendapatan kotor juga naik 42,01% menjadi Rp 16,63 triliun dari sebelumnya Rp 11,71 triliun (proforma).
(ncm/ega)