Kedatangan PT Lavender Bina Cendikia Tbk di pasar modal Indonesia patut diperhitungkan. Selain karena jenis usaha yang belum ada di papan perdagangan, emiten berkode BMBL ini memiliki potensi yang cukup menarik.
Lavender Bina Cendikia sendiri merupakan perusahan bergerak dalam bidang pendidikan, khususnya bimbingan belajar (bimbel). Belum ada sektor pendidikan dalam daftar papan perdagangan saham di BEI, bahkan subsektor sekalipun.
Hal menarik lainnya adalah saham BMBL yang ditawarkan pada kisaran Rp 187-196 per lembar saham ini dianggap murah atau under value.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut hasil riset KGI Sekuritas Indonesia ada 4 hal yang patut diperhitungkan di saham Lavender ini. Pertama kapitalisasi pasar yang kecil, kedua potensi likuiditas yang berkurang terkait poin satu, ketiga belum adanya ekspansi membuat cabang, keempat perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
KGI Sekuritas juga memproyeksikan pertumbuhan untuk Lavender berdasarkan dengan valuasi DCF yaitu Rp 200 per saham dengan WACC:15,7%. Hal itu mengindikasikan pertumbuhan P/E di 51,0x. Angka itu di bawah rata-rata papan akselerasi tempat Lavender berada dengan P/E di kisaran 66,8x. Juga P/BV sebesar 2,55x lebih kecil dari papan akselerasi 2,82x.
Lavender disebut-sebut juga termasuk perusahaan yang sehat dengan melihat rasio leverage yang sangat kecil. Memang jika dilihat 2 tahun terakhir perusahaan memiliki DER yang tinggi 180% (2020) dan 116% (2021), namun setelah IPO di tahun 2022 DER turun mencapai 3% di tahun 2023 diperkirakan tidak banyak berubah dikisaran 6%.
Rasio hutang yang sehat ini dikarenakan Lavender tidak mengandalkan utang jangka Panjang dalam menggerakkan perusahaannya. Bahkan Lavender tidak ada hutang jangka panjang dan tidak berencana untuk melakukan itu, tidak dalam waktu dekat ini.
Tidak mudah untuk membandingkan valuasi perusahaan Lavender dengan perusahaan lain dikarenakan Lavender merupakan perusahaan pertama yang listing di Bursa Efek Indonesia dari sektor Pendidikan. Oleh karena itu KGI Sekuritas Indonesia memilih untuk membandingkan Lavender dengan perusahaan yang sama-sama listing di BEI dengan papan akselerasi yang sama.
Dari 3 perusahaan yang bervaluasi P/E tertinggi yakni saham OLIV, IBOS dan AMMS dengan P/E 270x, 138x dan 97x. Sedangkan 3 terendah kami mendapatkan PPGL, MGLV dan WGSH dengan P/E 4,5x, 13,9x dan 23,7x. Sehingga didapatkan rata-rata sektor papan akselerasi berada di 66,8x dengan P/BV di 2,82x. Untuk Perusahaan Lavender didapatkan P/E di level 51,0x dengan P/BV 2,55x jauh berada di bawah rata-rata nilai papan akselerasi.
Secara kinerja keuangan pada 2022 ini diproyeksikan Lavender mengantongi laba bersih sebesar Rp 4 miliar. Angka itu naik hampir 2 kali lipat dari perolehan laba bersih di 2021 sebesar Rp 2,13 miliar.
Dalam proyeksi perusahaan, laba bersih di 2023 bisa mencapai Rp 6 miliar dan 2024 mencapai Rp 16,5 miliar.
Sementara pendapatan tahun ini diperkirakan mencapai Rp 15,3 miliar. Angka proyeksi itu juga naik lebih dari 2 kali lipat dari perolehan di 2021 sebesar Rp 7,8 miliar. Sementara proyeksi di 2023 sebesar Rp 28,8 miliar dan 2024 Rp 46,19 miliar.
(das/das)