Dolar AS Gencet Mata Uang di Asia

Round Up

Dolar AS Gencet Mata Uang di Asia

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 30 Jun 2023 07:29 WIB
Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah masih perkasa. Hingga siang tadi, dolar AS Bertengger di Rp 15.290.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir menekan sejumlah mata uang di Asia. Misalnya seperti yen Jepang, ringgit Malaysia dan yuan China yang terus melemah.

Mata uang sejumlah negara ini bergerak volatil karena dibayangi oleh tingkat suku bunga dan kebijakan moneter yang ditempuh oleh bank sentral di negara masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank sentral menempuh kebijakan mengerek bunga acuan karena untuk melawan tingginya angka inflasi. Meskipun tekanannya sempat mereda usai COVID-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Di Jepang, yen melemah lebih dari 9% dari dolar AS. Sementara itu untuk ringgit tercatat turun 6% dan yuan turun hampir 5%. Ketiga mata uang ini masuk ke dalam daftar mata uang yang paling terpukul penguatan dolar AS.

Ekonom dan Ahli Strategi Mata Uang di Commonwealth Bank of Australia Carol Kong menyebutkan pemerintah Jepang harus tepat bahkan Jepang diramal akan melakukan intervensi untuk menyelamatkan yen.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menyebutkan pada Selasa ada pergerakan ekstrim dalam penurunan yen. Kondisi ini membutuhkan respons cepat dari pemerintah. Tahun lalu saja Kemenkeu Jepang melakukan intervensi dengan menggelontorkan sekitar US$ 68 miliar untuk menyelamatkan yen pada periode 22 September, 21 Oktober dan 24 Oktober. Saat itu yen mencapai level terendah sejak 1990 lalu.

Malaysia juga menyebut depresiasi yang terjadi pada ringgit baru-baru ini tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia. "Bank Negara Malaysia akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang sangat cepat," kata Asisten Gubernur BNM Adnan Zaylani.

Kemudian People Bank of China menyebut sedang mengawasi pergerakan yuan dengan ketat. Bank sentral bahkan menempuh cara perdagangan yang berbeda dengan biasanya.

Pemerintah sejauh ini masih enggan menggelontorkan stimulus ekonomi meskipun pertumbuhannya sedang merosot.

(kil/rrd)

Hide Ads