Nilai tukar Rupiah semakin tersungkur terhadap dolar AS. Rupiah yang semakin melemah bisa berdampak pada harga-harga barang komoditas.
Mengutip data RTI, Rabu (27/9/2023), dolar AS pagi ini tercatat menguat 29 poin atau naik 0,19% ke level Rp 15.514. Dolar AS berada di level tertingginya pada Rp 15.514 dan terendahnya Rp 15.479.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dalam penutupan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 30 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 55 poin di level Rp 15.520 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.490.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.510 - Rp 15.580.
Menurut dia pelemahan rupiah yang signifikan bisa berdampak pada sejumlah harga-harga komoditas, terutama barang yang bahan komoditasnya dari luar negeri.
"Pasti (berdampak) pada barang-barang impor ini melambung tinggi dong dengan penguatan dolar," ujarnya pada detikcom, Rabu (27/9/2023).
Ibrahim menilai ada beberapa faktor penyebab penguatan dolar AS. Salah satunya, penghentian ekspor gasoline dan solar dari Rusia ke Inggris dan Eropa. Hal tersebut membuat harga minyak mentah dunia semakin tinggi.
"Ada kemungkinan besar harga minyak mentah ini menyentuh US$ 100 per barel. Apalagi di bulan Desember memasuki musim dingin yang ekstrem," imbuhnya.
Saat masuk musim dingin, kata dia kemungkinan besar kebutuhan untuk gas alam akan mengalami peningkatan, termasuk dari minyak mentah. Akibatnya, harga-harga minyak akan terus naik dan menyebabkan inflasi.
Kenaikan harga minyak mentah dunia tentunya berdampak terhadap impor minyak mentah,, yakni harga BBM yang juga berimbas naik.
"Saat dolar mengalami penguatan rupiah lalu mahal harga relatif lebih tinggi. Harga berdampak pada harga Pertalite, Pertamax, dan solar," jelasnya.
(kil/kil)