Dolar AS Dekati Rp 16.000, Ini Penyebabnya

Dolar AS Dekati Rp 16.000, Ini Penyebabnya

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 19 Okt 2023 13:02 WIB
Melanjutkan tren positif sejak Selasa kemarin, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar AS.
Dolar AS - Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Konflik yang terjadi di timur tengah antara Israel dan pejuang Hamas Palestina membuat nilai tukar Rupiah babak belur terhadap Dolar AS. Dikutip dari data RTI disebutkan Dolar AS tercatat di level Rp 15.829 atau menguat 101 poin atau 0,64%.

Rupiah dibuka pada posisi Rp 15.728 dengan level tertinggi Rp 15.829 dan level terendah Rp 15.872. Secara mingguan dolar AS tercatat mengalami penguatan 0,53%. Kemudian secara tahunan menguat 1,66%.

Analis pasar uang Lukman Leong mengatakan dua faktor utama pelemahan nilai tukar Rupiah. Salah satunya adalah kekhawatiran pasar akan perang Israel-Hamas yang membuat permintaan Dolar AS sebagai instrumen safe haven meningkat. Hal ini lah yang membuat Dolar terus menguat dan menekan Rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, sikap agresif bank sentral AS pada tingkat suku bunga juga membuat Dolar menekan Rupiah.

"Depresiasi rupiah akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yaitu penguatan dolar AS secara luas, baik oleh sikap agresif bank sentral AS pada tingkat suku bunga maupun permintaan safe haven dolar oleh kekhawatiran perang Israel dan Hamas," beber Lukman ketika dihubungi detikcom, Kamis (19/10/2023).

ADVERTISEMENT

"Namun saya melihat perlemahan ini masih wajar mengingat ini juga terjadi pada mata uang lainnya," ujarnya.

Senada, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga mengatakan panasnya konflik di timur tengah membuat Rupiah terus tertekan. Pasalnya, pasar khawatir perang meluas dan terus menimbulkan ketidakpastian ekonomi. Di tengah kekhawatiran itu Dolar banyak dipegang investor karena dinilai menjadi safe haven.

"Kita tahu bahwa pergolakan timur tengah membuat situasi ekonomi global terus memanas. Apalagi kalau seandainya terjadi invasi ke Gaza akan ada keterlibatan negara di sekitarnya ini yang ditakutkan pasar, goncangan ini membuat Dolar mengalami penguatan yang signifikan," ungkap Ibrahim ketika dihubungi detikcom.

Menurutnya, bila nilai tukar Rupiah terus melemah bukan tidak mungkin Dolar AS bisa menguat ke level Rp 16.000.

"Ada kemungkinan besar kalau rupiah tembus di Rp 15.900 akan kemungkinan besar Rp 16.000. Ini bukan masalah internal, masalah eksternal," beber Ibrahim.

Sementara itu, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mencatat Rupiah sudah bergerak melemah di atas level Rp 15.700 selama 7 hari perdagangan terakhir. Hal ini terjadi karena efek dari ekspektasi kebijakan suku bunga tinggi AS.

"Spread suku bunga BI dengan The Fed yang hanya 25 basis poin bisa dijadikan alasan pelaku pasar untuk memilih Dollar AS di tengah situasi ketidakpastian," kata Ariston kepada detikcom.

Ariston menambahkan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS pun naik lagi kemarin, untuk tenor 10 tahun saja kenaikannya menciptakan level tertinggi baru tahun ini di angka 4,9%.

"Naiknya yield ini mengindikasikan ekspektasi pasar bahwa suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama untuk menurunkan inflasi AS sesuai harapan petinggi Bank Sentral AS semalam, Christopher Waller dan John Williams," ungkap Ariston.




(hal/kil)

Hide Ads