Rupiah dan IHSG Kompak Rontok Dibayangi Perang Hamas-Israel

Rupiah dan IHSG Kompak Rontok Dibayangi Perang Hamas-Israel

Samuel Gading - detikFinance
Selasa, 24 Okt 2023 07:00 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada penutupan perdagangan di BEI Jumat (19/11). IHSG berada pada level 6.720,26.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah rontok pada Senin (23/10). Fenomena tersebut disinyalir karena penyebab yang sama.

IHSG kemarin apgi terkoreksi cukup dalam. Mengutip data RTI, IHSG kemarin pagi turun hingga 109 poin (1,6%) ke level 6.740.

IHSG berada di level tertingginya di 6.853,4 dan terendahnya 6.730,8. Sebanyak 148 saham bergerak naik, 430 turun dan sisanya 175 stagnan. Pada penutupan perdagangan, IHSG anjlok ke 6.741,9 atau turun 107 poin atau -1,57%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Praktisi pasar modal, Hans Kwee mengatakan pelemahan IHSG kemarin didominasi faktor risiko konflik di Timur Tengah. Konflik tersebut berpotensi mengerek harga minyak dan inflasi, dan membuat The Fed bisa menahan suku bunga tinggi lebih lama.

"Juga karena data ekonomi AS lebih tinggi dari perkiraan, terjadi sell off obligasi AS sehingga yield naik dan mendorong rupiah melemah. Gabungan faktor ini mendorong IHSG melemah." katanya kepada detikcom, Senin (23/10/2023).

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga makin melemah terhadap dolar AS. Dolar AS terus menggencet rupiah mendekati level Rp 16.000 atau tepatnya berada di Rp 15.945.

Analis DFCX Futures Lukman Leong mengatakan faktor eksternal masih menjadi penyumbang tenaga dolar AS untuk menggencet rupiah. Menurutnya, rupiah melemah terhadap dolar AS disebabkan naiknya imbal hasil obligasi AS oleh kekhawatiran akan prospek suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve.

"Investor pun mengantisipasi data PDB AS minggu ini yang diperkirakan akan tumbuh kuat 4,2% serta data inflasi PCE AS. Investor juga mengantisipasi sikap hawkish dari Powell yang akan kembali berpidato minggu ini," ungkap Lukman kepada detikcom.

Faktor lainnya, adalah kekhawatiran terus memanasnya perang Israel-Hamas. Perang memicu kenaikan harga minyak mentah dan mengerek nilai tukar dolar AS.

"Faktor lainnya yang juga berperan adalah kekhawatiran akan eskalasi perang Israel-Hamas dan harga minyak mentah dunia yang kembali tinggi," beber Lukman.

Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra pun mengamini faktor eksternal menjadi pemicu utama dolar AS terus berjaya terhadap rupiah. Konflik Israel-Hamas memicu pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan beralih ke dolar AS sebagai safe haven. "Kekhawatiran soal meluasnya konflik Israel-Hamas juga bisa mendorong pelaku pasar keluar dulu dari aset berisiko," ungkap Ariston kepada detikcom.

Money changer ramai diserbu. Cek halaman berikutnya.

Money Changer Ramai

Sejumlah tempat penukaran uang alias money changer di Jakarta Pusat mulai dipadati masyarakat. detikcom mengunjungi sejumlah tempat penukaran uang di dekat kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, yakni Ayu Masagung dan VIP Money Changer.

Di Ayu Masagung, salah satu pegawai yang tidak ingin disebutkan namanya, menjelaskan kurs jual berada di level Rp 15.970 dan kurs beli Rp 15.900.

Sementara di VIP Money Changer, Isma, salah seorang pegawai, mengatakan sejak pagi hingga pukul 13.00 WIB, pihaknya sudah menerima 200 orang yang menjual dolar AS. VIP Money Changer kemarin menetapkan kurs beli Rp 15.905 dan kurs jual Rp 15.970.

"Lumayan ramai, sudah ada sekitar 200 orang mas. Ini, kan, sedikit lagi tembus Rp 16.000," beber Isma.

Kepada detikcom, salah satu pengunjung, Karina (30), mengaku sengaja datang ke VIP Money Changer untuk menjual dolar AS. Ia mengaku, memperoleh Rp 4 jutaan setelah menukar US$ 300.

"Iya kebetulan ke sini menjual dolar karena harganya sedang naik. Tadi jual sekitar US$ 300, dapatnya 4 jutaan," jelasnya.


Hide Ads