Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang di Asia, termasuk rupiah dan ringgit Malaysia. Lantas mata uang mana yang mengalami pelemahan paling parah, rupiah atau ringgit?
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan penurunan mata uang paling parah terjadi pada ringgit Malaysia. Disampaikan ringgit Malaysia telah melemah sekitar 8% terhadap dolar AS tahun ini, lebih tinggi dibandingkan mata uang lain di Asia Tenggara.
Berbeda dengan Malaysia, menurutnya pelemahan rupiah masih dalam tingkatan wajar mengingat bagaimana kondisi geopolitik, khususnya perang Israel-Palestina membuat dolar AS kian perkasa. Kondisi ini terlihat dari bagaimana nilai rupiah mulai menguat sesaat Bank Indonesia (BI) mengumumkan akan mempertahankan tingkat suku bunga dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penurunan ringgit Malaysia itu lebih parah ya dibandingkan dengan Indonesia. Kalau Indonesia itu masih sesuai dengan fundamental," ungkap Ibrahim kepada detikcom, Jumat (11/3/2023).
"Buktinya apa? Buktinya pada saat bank sentral (BI) mengumumkan mempertahankan suku bunga, kemudian di bulan Desember kemungkinan tidak menaikkan suku bunga, buktinya penguatannya (rupiah) cukup tajam. Artinya apa? Fundamental (kondisi ekonomi) di dalam negeri cukup bagus di Indonesia," jelasnya lagi.
Kondisi ini sedikit berbeda dengan Malaysia yang saat ini tengah mengalami penurunan ekspor-impor. Padahal ekspor-impor ini, khususnya terhadap negara-negara yang sudah sepakat menggunakan mata uang lokal dalam transaksi, sedikit banyak mempengaruhi seberapa banyak ringgit digunakan.
"Nah di Malaysia, ini memang sedang ada satu permasalahan terutama jebloknya ekspor-impor di Malaysia, walaupun (ekspor) CPO cukup bagus ya, tetapi yang lainnya kan kurang bagus," kata Ibrahim.
Di luar itu, menurutnya cadangan devisa Malaysia juga terus mengalami kemerosotan. Akibatnya, tidak seperti rupiah yang mengalami penguatan terhadap dolar AS usai BI menahan suku bunga, ringgit malah cenderung jatuh saat Bank Negara Malaysia (BNM) menahan suku bunga di 3%.
"Ringgit Malaysia jatuh karena kemarin Bank Sentral Malaysia (BNM) mempertahankan suku bunga di 3%, sedangkan ekspor-impor Malaysia sendiri jeblok luar biasa. Di sisi lain cadangan devisa Malaysia pun terus merosot," tuturnya.
(fdl/fdl)