Antisipasi Depresiasi Rupiah Bagi Ketahanan Finansial BUMN

Kolom

Antisipasi Depresiasi Rupiah Bagi Ketahanan Finansial BUMN

Toto Pranoto - detikFinance
Senin, 22 Apr 2024 11:09 WIB
Rupiah semakin melemah di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.178 siang ini, Selasa (16/4/2024).
Foto: Dok. Istimewa

Sebagai negara dengan status net importir minyak, tentu melambungnya harga minyak dunia dan melemahnya rupiah bisa menjadi ancaman serius bagi Pertamina. Dibutuhkan strategi yang tepat bagaimana Pertamina memitigasi situasi ini, baik dengan implementasi strategi keuangan yang tepat (natural heedging, kontrak Forward) maupun perubahan kebijakan pemerintah terkait penetapan harga BBM.

Demikian pula contoh lain di sektor pupuk. Hampir sebagian besar produksi pupuk di Indonesia baik urea maupun NCL mengandalkan impor bahan baku, seperti kalium dan fosfat, dari Timur Tengah maupun Kawasan Eropa Timur. Meledaknya tensi politik akibat perang Russia-Ukraina yang menyebabkan seretnya pasokan bahan baku akan bertambah kompleks dengan terjadinya perang Iran-Israel.

Apabila pasokan bahan baku terganggu tentu akan berpengaruh pada volume produksi pupuk dan akibatnya berujung pada kesulitan pasokan pupuk di petani. Maka potensi melemahnya produksi pangan nasional, terutama beras, juga bisa terjadi. Dan ini tentu punya dampak bagi ketahanan pangan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BUMN anggota Himbara juga tentu perlu menyiapkan diri menghadapi situasi kritis di atas. Terutama menjaga porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, pergerakan suku bunga dan harga minyak yang terus meroket. Situasi saat ini sangat potensial atas kemungkinan meningkatnya utang korporasi negara, sehingga bank BUMN harus bersiap diri.

Efek depresiasi rupiah juga perlu mendapat respons proaktif bagi BUMN lainnya yang punya currency exposure tinggi. PT Kereta Api Indonesia (Persero) mungkin memiliki pinjaman dalam dolar AS) untuk membiayai pembangunan infrastruktur kereta api.

ADVERTISEMENT

Depresiasi rupiah akan membuat beban utang KAI dalam rupiah menjadi lebih besar. Hal ini bisa berdampak pada kemampuan KAI untuk membayar cicilan dan bunga utang, serta mengurangi profitabilitas perusahaan.

Demikian pula MIND ID mungkin memiliki utang dalam USD untuk membiayai kegiatan eksplorasi atau pembangunan smelter. Sumber utang bisa dari perbankan ataupun penerbitan global bond. Depresiasi rupiah akan membuat beban utang MIND ID dalam rupiah menjadi lebih besar.

Pada sisi lain depresiasi rupiah juga punya dampak positif. Korporasi Indonesia yang punya proporsi ekspor tinggi tentu akan mendapatkan dampak positif. BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID, Perkebunan PTPN, dan lain-lain agar bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan.

Depresiasi rupiah juga dapat meningkatkan daya saing BUMN di pasar domestik dibandingkan dengan perusahaan multinasional yang mengimpor produk dan jasa. Hal ini karena produk dan jasa BUMN akan menjadi lebih murah dibandingkan dengan produk dan jasa impor.

Lanjut ke halaman berikutnya



Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads