Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Adies Kadir, menyoroti persoalan nilai mata uang rupiah yang masih lemah hingga melampaui asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, yakni Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Lalu beberapa hari terakhir, pelemahan berlanjut hingga menyentuh kisaran Rp 16.435 per US dolar Amerika Serikat pada 4 Januari yang lalu atau sudah di atas asumsi APBN sebesar Rp 16.000," kata Adies dalam acara Outlook Ekonomi DPR dipersembahkan oleh Komisi XI DPR RI bersama detikcom dan didukung oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta, Rabu (5/2/2024).
Untuk mengatasi permasalahan ini, Ekonom senior INDEF Tauhid Ahmad berpendapat ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk bisa kembali meningkatkan nilai mata uang rupiah. Salah satunya dengan kembali memangkas suku bunga Bank Indonesia (BI).
"Berkaitannya dengan nilai tukang, saya melihat memang ini sulit begitu ya. Ada dua atau tiga way out-nya. Pertama memang suku bunga," kata Tauhid dalam acara yang sama.
"Memang Bank Indonesia tampaknya agak sangat sulit untuk kemudian bisa cepat-cepat menurunkan tingkat suku bunga. Meskipun kemarin dicoba turunkan, tapi nilai tukang kita Rp 16.300, belum efektif gitu," sambungnya.
Lebih lanjut, menurutnya pemerintah juga bisa menggenjot sektor ekspor guna meningkatkan devisa dalam negeri. Di mana saat ini nilai impor RI masih lebih tinggi daripada ekspornya.
"Kedua ya mau tidak mau memperkuat ekspor begitu agar devisa kita besar, ini yang kemudian perlu dilakukan," ucap Tauhid.
Dalam hal ini menurutnya pemerintah bisa membantu dunia usaha untuk memperluas jenis komoditas yang bisa diekspor. Sebab menurutnya akan sulit jika ekspor Indonesia hanya bergantung pada satu dua jenis produk saja.
"Laju impor itu lebih tinggi daripada ekspor kita. Artinya harus ada upaya dari segi perdagangan, kita men-diversifikasi produk-produk yang kemudian bisa ekspor kita lebih besar. Kalau tidak akan sangat sulit kita bergantung," terang Tauhid.
Terakhir menurutnya pemerintah juga bisa meningkatkan nilai rupiah dengan menjaga tata kelola utang luar negeri RI, terlebih jika utang ini diberikan dalam bentuk mata uang asing. Sebab saat melakukan pembayaran utang ke luar negeri, pemerintah maupun swasta harus membeli mata uang asing seperti dolar yang secara langsung turut melemahkan nilai rupiah.
"Namun yang tidak kalah penting adalah tata kelola utang. Ini yang kemudian setiap kali kalau kita utang, apalagi utangnya dalam bentuk valuta dan asing ini yang kemudian juga kita harus kendalikan," ucap Tauhid.
"Apalagi bayar utang ke luar, semakin lemah nilai tukang rupiah kita. Saya kira ini memang strategi yang sebenarnya sudah dilakukan, cuma kadang-kadang momentumnya tidak pas. Ketika kemarin suku bunga diturunkan tetapi likuiditas kita masih ketat kemudian suku bunga perbankan tidak juga turun, susah, momentumnya hilang," jelasnya lagi.
(fdl/fdl)