Pasar Saham AS Kehilangan Rp 65.200 T Imbas Kebijakan Tarif Trump

Pasar Saham AS Kehilangan Rp 65.200 T Imbas Kebijakan Tarif Trump

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 11 Mar 2025 08:30 WIB
Gedung saham New York atau yang dikenal sebagai Bursa Saham Wall Street
Bursa Saham Wall Street/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tarif impor memicu kekhawatiran di kalangan investor. Kebijakan Trump mendorong aksi jual besar-besaran di pasar saham yang membuat indeks S&P kehilangan US$ 4 triliun atau sekitar Rp 65.200 triliun (kurs Rp 16.300) bulan lalu.

Langkah Trump dinilai meningkatkan risiko ketidakpastian bagi para pelaku bisnis, konsumen, hingga para investor. Trump diketahui mengenakan tarif tinggi untuk sejumlah negara seperti Kanada, Meksiko, hingga China.

Aksi jual pasar saham terpantau semakin dalam pada hari Senin. Indeks acuan S&P 500 turun 2,7%, menjadikan hal itu sebagai penurunan harian terbesar tahun ini. Bahkan Nasdaq Composite turun 4% atau menjadi penurunan harian terbesar sejak September 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

S&P 500 pada hari Senin ditutup turun 8,6% dari rekor tertingginya pada 19 Februari atau setara US$ 4 triliun. Nasdaq yang sarat teknologi berakhir pada hari Kamis dengan penurunan lebih dari 10% dari level tertingginya pada bulan Desember.

Trump pada akhir pekan lalu enggan memprediksi apakah AS dapat menghadapi resesi karena investor khawatir tentang dampak kebijakan perdagangannya.

ADVERTISEMENT

"Jumlah ketidakpastian yang telah diciptakan oleh perang tarif sehubungan dengan Kanada, Meksiko, dan Eropa, menyebabkan dewan dan jajaran eksekutif mempertimbangkan kembali jalan ke depan," ujar CEO Lazard, Peter Orszag dikutip dari Reuters, Selasa (11/4/2025).

"Orang-orang dapat memahami ketegangan yang sedang berlangsung dengan China, tetapi bagian Kanada, Meksiko, dan Eropa membingungkan. Kecuali jika itu diselesaikan selama bulan depan atau lebih, ini dapat benar-benar merusak prospek ekonomi AS dan aktivitas M&A," tambah Orszag.

Delta Air Lines pada hari Senin memangkas estimasi laba kuartal pertamanya hingga setengahnya, menyebabkan sahamnya turun 14% dalam aksi purnajual. CEO Delta Air Lines Ed Bastian menyalahkan kondisi itu dengan ketidakpastian ekonomi AS yang kian meningkat.

Investor juga mengamati apakah anggota parlemen dapat meloloskan RUU pendanaan untuk mencegah penutupan sebagian pemerintah federal. Laporan AS tentang inflasi akan dirilis pada hari Rabu.

"Pemerintahan Trump tampaknya sedikit lebih menerima gagasan bahwa mereka baik-baik saja dengan jatuhnya pasar, dan mereka bahkan mungkin baik-baik saja dengan resesi untuk mencapai tujuan mereka yang lebih luas," kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird.

S&P 500 membukukan keuntungan berturut-turut lebih dari 20% pada tahun 2023 dan 2024, dipimpin oleh teknologi megacap dan saham terkait teknologi seperti Nvidia dan Tesla yang berkontribusi besar bagi pasar. Pada hari Senin, sektor teknologi S&P 500 turun 4,3.

Sementara itu Apple dan Nvidia keduanya turun sekitar 5%, dan Tesla milik Elon Musk anjlok 15% atau kehilangan sekitar US$ 125 miliar nilainya.Aset berisiko lainnya juga terdampak, dengan Bitcoin turun 5%.

Simak juga video: Keputusan Trump Terhadap Pasar Global Hingga Perlambatan Ekonomi China

(ily/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads