IHSG Rontok 3,44%!

IHSG Rontok 3,44%!

Andi Hidayat - detikFinance
Senin, 01 Sep 2025 09:19 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5% ke level 4.891. Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham siang ini.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (1/9). IHSG melanjutkan tren pelemahan setelah tersengat sentimen negatif pada perdagangan Jumat (29/8) kemarin.

Berdasarkan papan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG langsung melemah 3,44% atau sekitar 269,15 poin ke level 7.561 pukul 09.01 WIB. IHSG mencatat volume transaksi sebanyak 2,22 juta dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,07 miliar di awal perdagangan.

Saham yang mengalami peningkatan tertinggi, yakni PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) yang terbang 27,16% ke harga Rp 206 per lembar saham.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data perdagangan RTI Business hari ini, mayoritas saham tercatat melemah. Rinciannya, 622 saham melemah, 24 menguat, dan 37 saham stagnan.

ADVERTISEMENT

Untuk diketahui, pelemahan IHSG hari ini kuat dipengaruhi oleh stabilitas politik dan keamanan dalam negeri menyusul gelombang aksi demonstrasi di sejumlah daerah. IHSG juga diramal bergerak di zona merah sepanjang hari ini.

Phintraco Sekuritas juga menyebut IHSG masih akan dipengaruhi faktor stabilitas politik dan keamanan domestik. Gejolak yang kian meluas dikhawatirkan mengganggu kepercayaan investor.

"Fokus perhatian pasar akan tertuju pada perkembangan situasi keamanan dan politik dalam negeri. Jika gangguan keamanan meluas, dikhawatirkan akan berdampak pada turunnya kepercayaan investor yang dapat mengakibatkan outflow investor asing," jelasnya analisis Phintraco Sekuritas, Senin (1/9/2025).

Dalam kondisi melemahnya kepercayaan investor, nilai tukar rupiah juga disebut akan ikut melemah akibat gejolak yang terjadi. Akhirnya, pertumbuhan ekonomi dapat terhambat karena terganggunya aktivitas ekonomi dan distribusi barang.

"Jika ketidakpastian politik berlangsung lama dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap fundamental makro ekonomi dan kinerja emiten," terangnya.

(ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads