Kekhawatiran masyarakat soal perubahan tarif akibat perubahan kebijakan kelas BPJS akhirnya terjawab. dalam sebuah kesempatan usai mengadakan rapat bersama Komisi IX, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa tidak berencana melakukan penyesuaian iuran BPJS Kesehatan. Lebih lanjut Budi mengatakan bahwa besaran iuran masih sama dengan yang berlaku saat ini.
"Kita akan pakai dasar yang iurannya ada sekarang sampai itu ada proses perubahan dari iuran itu sendiri, dan sampai 2024 kita tidak ada rencana untuk mengubah iuran premi BPJS, jadi bayar BPJS kita tidak ada rencana ubah tahun 2024," kata Budi di dilansir dari detikNews, Kamis (16/5/2024).
Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) sebagai pengganti sistem kelas di BPJS Kesehatan menurut Menteri Budi tidak sekonyong-konyong mengubah besaran iuran yang ada saat ini. Meski demikian, ia mengatakan bahwa topik ini masih dalam tahap pertimbangan dan tengah digodog pihak BPJS dengan rumah sakit rekanan.
Sementara itu dalam kesempatan lain, Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa KRIS tidak menghapus kelas BPJS Kesehatan melainkan memperbaiki pelayanan di rumah sakit. Tujuannya adalah memberikan kualitas setara untuk semua layanan.
"Jadi itu bukan dihapus, standarnya disederhanakan dan kualitasnya diangkat. Jadi itu ada kelas III kan, sekarang semua naik ke kelas II dan kelas I," ujar Menkes saat mendampingi Jokowi di RSUD Kabupaten Konawe, Selasa (12/5).
Kembali ke soal iuran yang dinyatakan tidak akan meningkat tahun ini, bkuan berarti tidak ada penyesuaian harga di kemudian hari. Merujuk pada konsep keadilan, hingga sistem KRIS dijalankan sepenuhnya saat BPJS masih memasang harga iuran lama, tentu saja dianggap tidak pas oleh sebagian orang.
Begitu pula dengan masa saat penyesuaian biaya iuran akibat penyetaraan layanan nanti. Pemerintah tentunya harus menghitung batas atas angka iuran agar tidak menjadi beban satu kalangan masyarakat ekonomi bawah.
Lalu bagaimana sebenarnya mekanisme perubahan sistem kelas BPJS menjadi KRIS? Apa saja yang perlu dikritisi dari kebijakan ini? Saksikan diskusinya dalam Editorial Review detik Sore edisi Jumat, 17 Mei 2024.
Bersama detikBali, segmen Indonesia Detik Ini akan mengulas kasus temuan pabrik narkoba di Pulau Dewata. Apa saja temuan terbarunya? Siapa tokoh di balik tindak kriminal ini? Ikuti laporannya bersama Redaktur detikBali. Sementara itu segmen Sunsetalk akan menghadirkan sosok pegiat lari marathon. Seperti diketahui, lari menjadi olahraga yang makin popular belakangan ini. Meski demikian, apakah lari bisa dianggap sebagai olahraga sepele tanpa risiko cedera? Ikuti diskusi santainya sore nanti.
Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.
"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"
(vys/vys)