Menurut Unilever, pihaknya telah berinvestasi mengatasi masalah sampah kemasan plastik di bagian akhir pengolahan sampah. Contohnya Unilever Indonesia membantu meningkatkan kapasitas pengumpulan dan pengelolaan sampah di dua fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Program ini disebut berdampak pada pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Hingga 2023, inisiatif ini telah berhasil memproses 27.842 ton sampah plastik.
Baca juga: 3 Jurus Unilever Kelola Sampah Plastik |
Dari keseluruhan inisiatif Bank Sampah dan RDF ini, di 2023 perusahaan telah berhasil mengumpulkan dan memproses 56.159 ton sampah plastik, jumlahnya lebih banyak dari plastik yang Perusahaan gunakan untuk menjual produknya.
Unilever Indonesia juga mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berpartisipasi agar plastik tetap ada di dalam lingkaran pengolahan dan pemakaian, sembari mendorong perubahan perilaku masyarakat.Salah satunya melalui jejaring Bank Sampah, hingga 2022 Unilever Indonesia telah membina lebih dari 4.000 Bank Sampah di 11 provinsi.
Perusahaan menyebut kemitraan ini telah membawa banyak kemajuan bagi masyarakat dan lingkungan. Dari segi ekonomi, penjualan sampah plastik yang dilakukan mitra pengumpulan sampah plastik ikut membantu perekonomian dan kesejahteraan mereka.
Di sisi sosial, kegiatan pengumpulan sampah turut mendorong partisipasi masyarakat, mendukung keguyuban komunitas, bahkan mengembangkan sosok kepemimpinan perempuan di berbagai titik Bank Sampah. Sementara pada aspek lingkungan, Sepanjang 2023, Bank Sampah yang Unilever kelola berhasil mengumpulkan 28.317 ton sampah plastik setelah pemakaian.
(kil/kil)