Demi Kurangi Emisi Karbon, WIKA Tanam Pohon di Setiap Proyek

Anugerah Ekonomi Hijau

Demi Kurangi Emisi Karbon, WIKA Tanam Pohon di Setiap Proyek

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 01 Agu 2024 15:30 WIB
BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dipercaya pemerintah Aljzair membangun hunian di negara benua Afrika itu. Yuk intip proyeknya.
Foto: Wijaya Karya
Jakarta - PT Wijaya Karya (WIKA) selalu melakukan proses penanaman pohon di setiap proyek konstruksi yang dilakukan. Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi jejak emisi karbon yang dihasilkan selama proses pembangunan.

Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya, mengatakan hingga saat ini industri konstruksi merupakan salah satu bidang bisnis yang menghasilkan cukup banyak emisi karbon. Sebab mulai dari proses pembuatan material sampai pelaksanaan konstruksi ini memberikan dampak lingkungan yang cukup serius (emisi dari alat berat hingga debu konstruksi).

Untuk mengurangi dampak lingkungan lah kemudian WIKA berupaya untuk menanam berbagai pohon yang bisa menyerap emisi karbon dalam jumlah besar di seluruh proyek yang dikerjakan.

"Kita berusaha mem-balancing emisi yang dihasilkan itu dengan penghijauan yang dilakukan. Jadi hampir setiap proyek WIKA itu diprogram untuk juga bisa melakukan penanaman-penanaman pohon yang jenis-jenis pohonnya itu bisa melakukan carbon absorption yang cukup tinggi," papar Mahendra saat menghadiri acara Anugerah Ekonomi Hijau detikcom di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (30/7/2024).

Selain melakukan penanaman pohon, proses pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dari setiap proyek konstruksi ini dilakukan dengan berbagai cara mulai dari penggunaan material ramah lingkungan hingga menggunakan alat-alat rendah emisi.

Misalkan saja penggunaan beton pra-cetak, penggunaan teknologi gedung secara modular, pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya di proyek-proyek WIKA, hingga penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai.

"Memang saat ini WIKA sendiri sedang melakukan proses baselining terhadap emisi yang dihasilkan perseroan. Kami tidak memungkiri bahwa memang proses produksi di industri konstruksi itu memang masih menghasilkan emisi," ujar Mahendra.

"Nah untuk itu kami berupaya mengurangi itu dari dua hal, jadi yang pertama penggunaan material-material yang ramah lingkungan, terus kemudian penggunaan alat-alat yang rendah emisi, kemudian juga menggunakan teknologi-teknologi yang efisien dalam penggunaan material khususnya kita mengurangi penggunaan material-material alam," jelasnya lagi.

Meski upaya ini dapat memberatkan biaya konstruksi, mengingat biaya material ramah lingkungan hingga saat ini masih cukup mahal. Namun WIKA percaya tetap bisa melakukan efisiensi budget di setiap proyek semisal dari percepatan waktu konstruksi.

"Memang teknologi material dan teknologi bahan bangunan yang ramah lingkungan saat ini masih memiliki harga yang belum bisa dibilang murah. Namun begitu, misalnya penggunaan beton-beton precast dan sebagainya, kemudian penggunaan teknologi modular itu bisa mempercepat proses produksi," ucapnya.

"Di sisi lain memang kami masih harus menghitung secara komprehensif ya, walaupun harga materialnya mungkin memang masih mahal, tapi bisa jadi proses produksi bisa lebih cepat. Sehingga itu dimungkinkan adanya efisiensi lain dalam bentuk overhead biaya pelaksanaan dan juga durasi waktu itu memungkinkan proses produksi itu bisa lebih cepat dan itu akan memangkas biaya dari sisi yang lain," jelasnya lagi. (fdl/fdl)