Pemerintah sedang mengkaji skema baru kebijakan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) salah satunya subsidi tetap. Dengan skema tersebut harga premium bisa naik-turun sesuai keekonomian.
Rencana ini kabarnya akan diterapkan akhir tahun 2014 atau bisa juga awal 2015. Apa kira-kira imbasnya jika hal ini diterapkan?
Simak hasil rangkuman detikFinance, Sabtu (27/12/2014).
"Pemerintah akhir tahun ini akan mengeluarkan kebijakan BBM yang baru, salah satu yang sedang dikaji adalah subsidi tetap, jika ada waktu kita bisa bahas sekarang, karena kami ada di Aceh, ada Pak Menko Perekonomian Sofyan Djalil dan Menteri ESDM Sudirman Said, ada Pak Wapres juga," kata Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim dihubungi detikFinance, Jumat (26/12/2014).
Ibrahim mengatakan, jika subsidi tetap ini dipilih pemerintah, maka akan membuat harga BBM subsidi atau premium dan solar subsidi bisa naik-turun seperti harga pertamax.
"Kalau harga minyak naik dan rupiah melemah harga premium di SPBU naik begitu sebaliknya, tapi dalam setiap liter premium/solar tetap disubsidi," ujarnya.
Ia menambahkan, besaran subsidi tiap per liter ini yang masih dibahas pemerintah. BPH Migas mengusulkan besaran subsidi premium/solar Rp 500-Rp 1.000 per liter.
"Kalau lebih dari Rp 1.000 per liter bahkan Rp 2.000 per liter, penyelundupan BBM baik ke luar negeri maupun ke industri, tambang dan perkebunan makin marak, tapi kalau hanya Rp 500-Rp 1.000 per liter, bisa dipastikan hampir tidak ada lagi penyelundupan BBM," kata Ibrahim.
Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi menginginkan agar impor premium dihentikan dan secara bertahap premium RON 88 dihapus dan menggantinya dengan pertamax RON 92.
"Rekomendasi kita kan hentikan impor premium, secara bertahap premium dihapus," ujar Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Djoko Siswanto kepada detikFinance, Jumat (26/12/2014).
Djoko mengatakan, PT Pertamina (Persero) diberi waktu selama 5 bulan untuk menghentikan impor premium secara keseluruhan. Sehingga ke depannya hanya bensin dengan RON 92 yang dijual di SPBU. Tim yang biasa disebut Tim Pemberantasan Mafia Migas ini mengusulkan Pertamax disubsidi Rp 500 per liter.
"Usulan kami ke Pemerintah, agar bensin RON 92 atau pertamax92 yang disubsidi, besaran subsidinya Rp 500 per liter," ungkapnya.
Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Djoko Siswanto mengatakan bagi pengusaha SPBU, pergantian subsidi premium ke RON 92 tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak akan membuat pengusaha rugi, apalagi khawatir masalah pasokan pertamax ke SPBU. Karena Pertamina siap melakukannya.
"Pengusaha SPBU tak perlu khawatir, jika usulan ini disetujui pemerintah pasti tidak akan merugikan pengusaha, apalagi ini baik bagi masyarakat karena mendapatkan bahan bakar yang jauh lebih baik daripada premium," tegasnya.
Lalu bagaimana nasib SPBU Shell dan Total yang juga menjual RON 92 dengan harga pasar?
"Mungkin tutup. Tapi tujuan rekomendasi kita itu agar BUMN kita Pertamina kuat terutama di negeri sendiri Pertamina kita dorong memproduksi BBM dengan kualitas yang jauh lebih baik dari RON 88 menjadi RON 92, selain itu masyarakat juga diuntungkan karena mendapatkan BBM yang kualitasnya lebih baik yakni dari RON 88 ke RON 92," kata Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Djoko Siswanto dihubungi detikFinance, Jumat (26/12/2014).
Djoko mengatakan, setiap badan usaha yang mendistribusikan BBM, diberikan peluang oleh pemerintah melalui BPH Migas untuk menyalurkan BBM subsidi, jika nantinya pemerintah mengganti BBM subsidi adalah pertamax, badan usaha bisa ikut lelang terbuka untuk menjadi perusahaan yang ikut bersama PT Pertamina menyalurkan pertamax subsidi.
"Seperti tahun depan, BPH Migas memutuskan Pertamina dan AKR Corporindo untuk mendistribusikan BBM subsidi dengan kuota BBM sebesar 46 juta kiloliter," ungkapnya.