"Kementerian ESDM telah melakukan review terhadap harga BBM di berbagai negara. Indonesia masih termasuk yang paling murah harga BBM-nya," ucap Sudirman kepada detikFinance, Rabu (4/2/2015).
Per 19 Januari 2015, harga bensin Premium adalah Rp 6.600/liter di luar Jawa, Madura, dan Bali. Sementara di Jawa dan Madura harganya Rp 6.700/liter, dan di Bali Rp 7.000/liter. Lalu harga BBM diesel atau Solar adalah Rp 6.400/liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Kamboja: bensin Rp 15.739, diesel Rp 14.806.
- Singapura: bensin Rp 16.275, diesel Rp 11.562.
- Thailand: bensin Rp 13.099, diesel Rp 9.584.
- Australia: bensin Rp 11.336, diesel Rp 13.031.
- India: bensin Rp 12.858, diesel Rp 10.512.
- Meksiko: bensin Rp 12.064, diesel Rp 11.942.
- Bangladesh: bensin Rp 12.482, diesel Rp 8.248.
- Srilanka: bensin Rp 12.189, diesel Rp 8.994.
- Fillipina: bensin Rp 11.968, diesel Rp 8.929.
- Vietnam: bensin Rp 9.760, diesel Rp 8.949.
- Malaysia: bensin Rp 6.624, diesel Rp 6.658.
- Nigeria: bensin Rp 6.023, diesel Rp 10.583.
- Brunei Darussalam: bensin Rp 4.639, diesel Rp 2.835.
Oleh karena itu, Sudirman memaklumi pernyataan harga Premium di Indonesia terlalu mahal. Namun hal tersebut terjadi bukan karena kesengajaan.
"Sebagian besar BBM kita impor, kilang kita tua dan tidak efisien sehingga lebih mahal produksi di kilang sendiri daripada impor. Ini bukan disengaja, tapi karena keadaan," Sudirman.
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengatakan, 60% pasokan BBM nasional berasal dari impor. Pertamina harus impor HOMC yang memiliki RON 92 untuk dicampur dengan produksi kilang dalam negeri yang RON-nya 65.
"Komposisinya 87% RON 92 dan 13 RON 65 dicampur jadinya RON 88 alias Premium. Kita punya kilang minyak, sebagian besar produksinya naphta RON 65. Jumlahnya banyak, nggak laku dijual. Jadi biar laku saya naikkan RON-nya jadi RON 88, makanya saya impor dengan RON 92 (HOMC), jadilah Premium, sesuai spesifikasi pemerintah," jelas Bambang.
Bambang mengungkapkan lagi, untuk kebutuhan BBM pada April saja Pertamina mulai bulan ini sedang mempersiapkan tender impor.
"Kita butuh 9 juta barel Premium, 1,5-2 juta barel Pertamax, dan 5 juta barel Solar. Itu rutin setiap bulan. Kalau kita beli harga spot pasti mahal, makanya jauh-jauh hari sebelumnya harus dipersiapkan," tambah Bambang.
Saat ini, kata Bambang, Pertamina sedang bangun proyek meningkatkan kapasitas yang baru selesai 5 tahun lagi. Kapasitas pengolahan kilang yang saat ini 800.000 barel/hari meningkat jadi 1,6 juta barel/hari.
"Nanti setelah proyek ini selesai 5 tahun lagi, semua produksinya minimal RON 92. Tapi, kebutuhan BBM nasional saja hari ini 1,6 juta barel/hari, 5 tahun lagi konsumsi BBM naik lagi, pastinya tidak cukup. Biar nggak tergantung impor BBM, makanya Indonesia harus segera bangun kilang minyak yang banyak," terang Bambang.
(rrd/hds)