impor energi listrik ternyata cukup membebani anggaran negara selama beberapa tahun terakhir. Anggaran negara teraebut digunakan untuk subsidi
"Maroko melakukan importasi energi. Memiliki dampak signifikan terhadap neraca perdagangan kami selama satu setengah tahun terakhir," ujar Menteri Ekonomi dan Keuangan Maroko, Mohamed Boussaid saat acara 41st Annual Meeting IDB di JCC, Jakarta, Selasa (17/5/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di 2020 Maroko menargetkan 42% kebutuhan energi listrik di negaranya akan berasal dari EBT dengan memanfaatkan sinar matahari, angin, dan air. Penggunaan EBT juga akan terus ditingkatkan hingga 52% di 2030 guna memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat setiap tahunnya.
"Untuk mengurangi biaya produksi energi, kami telah mengumumkan bahwa 2020 bauran energi 42% akan berasal dari energi baru terbarukan. Di 2030 52% bauran energi kami akan berasal dari EBT, seperti matahari, angin, dan mikro hidro," terang Boussaid.
Komitmen ini dilakukan untuk mengurangi emisi karbon di tengah isu pemanasan global. Pemerintah Maroko membutuhkan sedikitnya US$ 40 miliar investasi di sektor energi terbarukan ini.
"Untuk mewujudkan tersebut di 2030, kami harap bisa mengurangi emisi CO2 akan melibatkan US$ 40 miliar dalam bentuk investasi. Diharapkan dapat menghasilkan lebih dari 10.000 megawatt. Sebagian besar akan dihasilkan dari matahari, angin, dan air mikro hidro," tutup Boussaid. (hns/hns)