Dalam rapat dengan Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan kemarin (24/8/2016), Pertamina dan Kementerian ESDM ingin pembentukan Joint Venture (JV) dipercepat dari semula Desember 2016 menjadi Oktober 2016.
"Kemarin ada rapat soal kerja sama dengan Arab Saudi. Proyek kerja sama dengan Arab Saudi yang sekarang sedang jalan adalah RDMP Cilacap. Kalau kami ingin mempercepat, JV harus segera direalisasikan, kita dorong apakah bisa Oktober. Dengan Rosneft yang belakangan masuk (di proyek GRR Tuban) malah mungkin bisa lebih cepat," kata Dwi, dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (25/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun untuk proyek RDMP Dumai dan Balongan yang juga sudah ada kesepakatan kerja sama dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) dengan Saudi Aramco, Pertamina meminta kepastian.
Bila BUMN perminyakan Arab Saudi tersebut tidak serius, Pertamina akan segera mencari mitra lain. "Mengenai Balongan dan Dumai yang MoU sudah ditandatangani, kami sedang menanyakan apakah Aramco serius di kedua proyek ini. Kalau tidak, kami harus segera mencari partner lain," Dwi mengungkapkan.
Progres proyek-proyek RDMP yang dikerjasamakan dengan Saudi Aramco tergolong lebih lambat, dibanding proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang dikerjasamakan dengan Rosneft.
Bahkan, RDMP Balikpapan yang dikerjakan sendiri oleh Pertamina juga lebih cepat kemajuannya. "Balikpapan lebih cepat karena kita ambil sendiri. Penyiapan lahan sudah jalan, pemindahan rumah-rumah yang harus dipindah karena dipakai untuk kilang juga sudah dilakukan," pungkas Dwi. (wdl/wdl)