Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Rachmad Hardadi, mengatakan bahwa Pertamina dan Rosneft terus bekerja cepat untuk merealisasikan megaproyek NGRR Tuban, di Jawa Timur. Secara kilas balik dia menggambarkan bagaimana Pertamina dan Rosneft melakukan finalisasi kesepakatan JVA hingga 28 jam non stop.
"Pada 5 Oktober lalu JVA Tuban ditandatangani setelah melalui proses negosiasi 28 jam non stop dan momentum ini sangat bersejarah, termasuk bagi Pertamina. Pertamina dan Rosneft yang berkomitmen tinggi untuk tidak menunda-nunda pelaksanaan setiap tahapan proyek sehingga kesepakatan pun dapat ditandatangani," kata Hardadi dalam keterangan tertulis kepada media, Minggu (30/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesepakatan ini penting bagi Pertamina dan ketahanan energi nasional yang sangat membutuhkan tambahan produksi migas untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat," terangnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, mengatakan berdasarkan JVA, komposisi kepemilikan saham pada perusahaan patungan ditetapkan masing-masing Rosneft - 45% dan Pertamina β 55%. JVA juga mengatur mengenai manajemen perusahaan patungan, dan tata kelola, bahan baku, pemasaran dan offtake, prinsip-prinsip pendanaan, SDM, standard clauses, dan langkah-langkah lebih lanjut untuk pelaksanaannya.
Para pihak sedang melaksanakan bankable feasibility study (BFS) alias studi kelayakan pembiayaan oleh bank untuk proyek ini, sedangkan keputusan investasi akhir (FID) proyek tersebut akan dilakukan setelah hasil BFS, desain teknik dasar (BED) dan front end engineering design (FEED). Kapasitas desain pengolahan primer di GRR Tuban adalah 300 ribu barel per hari dengan kompleksitas kilang di atas 9 NCI (Nelson Complexity Index) dan karakteristik produk level Euro 5.
Bahan baku akan diperoleh dari minyak mentah sour impor dengan grade medium dan heavy. Pada proyek ini juga akan dibangun unit catalytic cracker berskala besar serta kompleks petrokimia. GRR Tuban juga didesain untuk dapat menerima VLCC supertanker dengan bobot mati hingga 300 ribu ton.
"Kami terus berupaya dengan kerja terbaik dan cepat untuk dapat merealisasikan proyek yang sangat positif bagi ketahanan energi nasional ini karena akan mengurangi ketergantungan terhadap produk BBM impor. Dengan dukungan kuat dari segenap stakeholder penting di Tanah Air dan mitra, kami yakin target-target dari setiap tahapan dapat dilalui dengan baik," tutup Wianda. (dna/dna)