"Kekurangan AMT tersebut kita datangkan dari daerah lain. Kekurangan mobil tangki yang mogok bisa kita tutup. Kita gerakkan AMT dari Semarang, Cikampek, dan sebagainya," kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Gandhi Sriwidodo, dalam jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Selain itu, Patra Niaga juga melakukan perekrutan AMT baru untuk menutup kekurangan personel. "Kami juga melakukan rekrutmen," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Patra Niaga telah berupaya mengakomodasi tuntutan para pemogok, mediasi telah berjalan, bahkan Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, sudah ikut melakukan mediasi. Beberapa tuntutan AMT dapat diterima oleh Patra Niaga, misalnya soal tunjangan pensiun.
Patra Niaga berjanji memasukkan komponen tunjangan pensiun dalam sistem kontrak dengan vendor penyedia jasa AMT, yaitu PT Sapta Sarana Sejahtera.
"Upaya-upaya untuk mediasi sudah beberapa kali dilakukan, dimediasi juga oleh Menaker Senin kemarin. Beberapa tuntutan mereka bisa kita penuhi, bisa kita akomodasi, di antaranya adalah permintaan tunjangan pensiun. Akan kami atur sistemnya dalam kontrak kami dengan perusahaan penyediaan jasa," ucapnya.
Tapi tuntutan para pemogok agar mereka diangkat menjadi karyawan tetap Patra Niaga tak bisa dipenuhi. Sebab, para AMT bekerja untuk PT Sapta Sarana Sejahtera yang tidak berafiliasi dengan Patra Niaga. Tapi Gandhi akan berupaya supaya para AMT ini bisa menjadi pekerja tetap di PT Sapta Sarana Sejahtera.
"Soal pengangkatan sebagai karyawan Patra Niaga, kita tidak bisa penuhi karena kami tidak punya ikatan hukum dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Tapi supaya keresahan mereka bisa kita akomodir, mereka akan jadi karyawan tetap SSS," tutur Gandhi.
Pihaknya juga meminta PT Sapta Sarana Sejahtera untuk memenuhi hak-hak para AMT seperti BPJS, tunjangan, hak cuti, dan sebagainya. "Tuntutan soal BPJS, tunjangan, ini masalah teknis antara AMT dengan SSS. Kami sudah meminta hak-hak normatif AMT dipenuhi, misalnya kartu BPJS, hak cuti supir," katanya.
Meski ada ratusan sopir yang mogok, menurut Gandhi, sebenarnya mayoritas AMT masih puas dengan kondisi pekerjaannya. Buktinya, hampir 1.000 orang AMT masih bekerja seperti biasa, tidak ikut mogok. Masa kerja mereka juga banyak yang sudah lebih dari 10 tahun. Walaupun bisa bekerja di tempat lain, mereka tetap memilih jadi AMT di Patra Niaga.
"Total AMT 1.178 orang, yang aktif mogok sekitar 200. Jadi sebagian besar AMT sudah puas di Patra Niaga. Banyak yang bertahan sampai lebih dari 10 tahun. Dengan SIM B2 umum mereka bisa jadi sopir bus malam, kontainer, tapi mereka tetap jadi AMT," tutupnya. (wdl/wdl)