Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan Pertamina akan terus melakukan efisiensi sehingga mengurangi beban dan dapat menahan kenaikan harga BBM di saat harga minyak dunia naik.
"Jadi untuk posisi saat ini tentu saja (harga minyak dunia) naik, tapi harga minyak dunia ini akan fluktuatif, naik turun naik turun. Sehingga apa namanya nanti kita lihat Februari Maret seperti apa. Tapi kami yakin pemerintah memperhatikan kinerja Pertamina sendiri, di samping juga masyarakat," kata Dwi di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (20/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi mengatakan, Pertamina memperharikan keinginan pemerintah agar daya beli masyarakat bisa dijaga dengan menahan kenaikan harga BBM.
Sementara Dirjen Migas Kementerian EDM, IGN Wiratmaja Puja, mengatakan dalam 3 bulan terakhir memang harga minyak dunia mengalami kenaikan. Namun ada juga kemungkinan harga turun ke depan.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang, menyatakan sejak 1 Oktober 2016 lalu harusnya harga BBM naik mengikuti kenaikan harga minyak dunia.
"Tapi kita akhirnya setuju tidak naik, karena solar ini subsidi. Pertamina untung nggak ada gunanya, temuan BPK juga. Disuruh mengembalikan. Dan sebetulnya yang menyebabkan inflasi itu Solar. Karena Solar itu digunakan untuk angkutan, harga barang," jelas Bambang.
Bagaimana harga minyak untuk 3 bulan ke depan?
Bambang mengatakan, bila semua negara anggota OPEC komitmen memangkas produksi minyaknya, maka harga minyak dunia bisa mencapai US$ 55-US$ 60 per barel. Pertamina masih bisa menahan kenaikan harga BBM meski harga minyak dunia sedikit di atas US$ 55/barel. (mkl/wdl)