Listrik Kalsel dan Kalteng Akan Bertambah 1.400 MW dari 8 Pembangkit Ini

Listrik Kalsel dan Kalteng Akan Bertambah 1.400 MW dari 8 Pembangkit Ini

Michael Agustinus - detikFinance
Rabu, 21 Des 2016 11:06 WIB
Foto: Michael Agustinus
Jakarta - PT PLN (Persero) terus meningkatkan pasokan listrik di seluruh Indonesia. Di provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Tengah (Kalteng), PLN membangun 8 pembangkit listrik dengan total kapasitas 1.415 megawatt (MW) sampai 2019.

Dari 8 pembangkit listrik itu, 2 di antaranya adalah sisa dari program Fast Tracking Project (FTP) di masa lalu yang belum terselesaikan, total kapasitasnya 275 MW. Sedangkan 6 pembangkit listrik lainnya termasuk dalam program 35.000 MW yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), total kapasitasnya 1.140 MW.

Dua pembangkit listrik warisan dari FTP itu adalah, PLTU Pulang Pisau 2 x 60 MW dan PLTMG Bangkanai 155 MW.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang sisa FTP masih ongoing progress di Kalselteng ada 2. Pertama PLTU Pulang Pisau 2 x 60 MW ini, kemudian ada PLTMG Bangkanai 155 MW. Totalnya 275 MW. Kalau yang masuk program 35.000 MW akan masuk 1.140 MW," kata General Manager PLN Kalselteng, Purnomo, saat ditemui di PLTU Pulang Pisau, Selasa (20/12/2016).

Ada 6 pembangkit listrik dari program 35.000 MW yang berada di Kalsel dan Kalteng. Pertama adalah PLTU Asam Asam Ekspansi 2 x 100 MW. PLN telah memilih kontraktor untuk mengerjakan proyek ini. "PLTU Asam Asam Ekspansi 2 x 100 MW, punya PLN sendiri, sudah ada pemenang lelang EPC-nya," ujarnya.

Yang kedua PLTU di Kabupaten Tanjung 2 x 100 MW yang dikerjakan oleh produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP). Dijadwalkan mulai konstruksi awal 2017. "Di Kabupaten Tanjung PLTU 2 x 100 MW, dibangun oleh IPP, sekarang lagi proses financial close, targetnya awal tahun depan bisa konstruksi," ungkapnya.

Ketiga, PLTG Peaker Seberang Barito 2 x 100 MW. Direncanakan mulai konstruksi pada awal tahun depan dan selesai pada pertengahan 2018. "Ada PLTG Peaker Seberang Barito 2 x 100 MW, sekarang lagi proses pembebasan lahan, awal 2017 bisa dibangun dan masuk 2018," kata Purnomo.

Lalu PLTMG Bangkanai Ekspansi 140 MW. Dalam waktu dekat ini akan selesai dilelang. "140 MW ekspansi dari PLTMG Bangkanai, sekarang sudah evaluasi penawaran, akhir Desember atau awal Januari 2017 tanda tangan kontrak," tukasnya.

Kelima, PLTU di Gunung Mas yang berkapasitas 200 MW. Pembangkit ini sudah mulai konstruksi sejak Juli 2016. Dan yang keenam ialah PLTU 2 x 100 MW di Pangkalan Bun yang sedang dalam proses pengadaan.

"Di Kalteng, PLTU 2 x 100 MW di Kabupaten Gunung Mas sudah mulai konstruksi sejak Juli kemarin. Kemudian PLTU 2 x 100 MW di Pangkalan Bun, sekarang sedang proses lelang," Purnomo menerangkan.

Saat ini total kapasitas pembangkit listrik di Sistem Kalselteng 550 MW, sedangkan beban puncak 530 MW. Jadi cadangan daya (reserve margin) di Sistem Kalselteng hanya 20 MW.

Ada beberapa pembangkit listrik yang kapasitasnya di atas 20 MW sehingga jika ada gangguan atau pemeliharaan pada salah satu pembangkit itu maka dipastikan terjadi pemadaman bergilir.

Pasokan listrik di Kalsel dan Kalteng juga masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sewaan. Dari 550 MW listrik yang masuk ke sistem Kalselteng, 110 MW di antaranya berasal dari PLTD sewa milik vendor-vendor.

Jika pembangunan pembangkit-pembangkit listrik baru ini berhasil dirampungkan PLN, pada 2019 cadangan daya listrik di Kalsel dan Kalteng sudah sekitar 30%. Kebutuhan listrik yang tumbuh sekitar 10 persen per tahun pun dapat terpenuhi, tidak akan ada byar pet dan krisis listrik.

Sewa PLTD-PLTD juga dapat dihentikan, PLN bisa lebih efisien. "Sekarang kan kita punya 550 MW termasuk PLTD. Nanti pembangkit-pembangkit yang mahal kita stop. PLTD sewa ada 110 MW otomatis kami stop kalau pembangkit-pembangkit baru sudah masuk," tutupnya. (wdl/wdl)

Hide Ads