Pertamina: Bensin Premium Baru Bisa Dihapus Setelah Tahun 2023

Pertamina: Bensin Premium Baru Bisa Dihapus Setelah Tahun 2023

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 27 Des 2016 10:00 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Pada Mei 2015 lalu, Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpin Faisal Basri memberikan 12 rekomendasi kepada pemerintah. Salah satunya adalah penghapusan bensin RON 88 alias premium.

Sejalan dengan rekomendasi itu, Pertamina berupaya mendorong konsumen premium berpindah ke BBM RON 90 atau pertalite yang harganya tak jauh beda dibanding premium, tapi kualitasnya lebih baik.

Hasilnya, di tahun ini banyak sekali pengguna premium yang beralih ke pertalite dan pertamax (RON 92). Pangsa pasar premium menyusut dari sebelumnya di atas 70% menjadi hanya 44% pada akhir 2016.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, bensin premium belum bisa dihapus dalam waktu dekat. Sebab, sebagian besar kilang minyak di Indonesia didesain untuk memproduksi premium. Butuh waktu untuk memodifikasi kilang-kilang yang ada, mengkonversinya sehingga dapat memproduksi bensin dengan kadar oktan di atas 88.

Sekarang Pertamina sedang menjalankan 4 proyek modifikasi kilang alias Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan 2 kilang baru (New Grass Root Refinery/NGRR).

Setelah 4 proyek RDMP dan 2 NGRR ini selesai, barulah kilang-kilang di dalam negeri siap memproduksi bensin berkadar oktan di atas 88 dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Proyek-proyek kilang itu ditargetkan selesai semuanya pada 2023. Maka paling cepat premium baru bisa dihapus setelah tahun 2023.

"Kita lagi upgrading dan membangun kilang-kilang baru, baru selesai 2023. Masalahnya kan kilang-kilang kita tua. Nanti 2023 baru kita bisa memproduksi BBM jenis pertalite ke atas memenuhi euro 4," kata VP Retail Fuel Marketing Pertamina, Afandi, kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (27/12/2016).

Selain itu, Afandi menambahkan, premium masih termasuk sebagai BBM penugasan (Public Service Obiligation/PSO) meski tak lagi disubsidi.

Maka, penghapusan premium bergantung pada kebijakan pemerintah. Selama pemerintah masih menugaskan Pertamina untuk menyalurkannya, premium belum dapat dihilangkan.

"Premium termasuk BBM penugasan. Kalau nggak ditugasin, baru bisa nggak ada," tuturnya.

Hingga premium benar-benar dihapus, Pertamina terus berupaya mendorong pengguna premium beralih ke pertalite dan pertamax. Di tahun 2017, Pertamina memperkirakan bahwa pangsa pasar premium akan makin menyusut hingga tinggal 30%, 70% sisanya dikuasai pertalite dan pertamax.

"Kita akan ikuti tren, sampai akhir tahun ini premium pasarnya tinggal 44%. Sisanya pertalite, pertamax, pertamax plus, dan pertamax turbo. Perkiraan kami tahun depan tinggal 30-an persen," tutupnya. (drk/drk)

Hide Ads