Sebelum Grasberg, Freeport di Papua telah mengeruk cadangan emas di Tambang Erstberg pada 1967-1989. Kekayaan mineral di Papua ini pertama kali ditemukan pada 1936 oleh seorang ahli geologi asal Belanda, Jacques Dozy.
"Cadangan ditemukan pada 1936 oleh geolog Belanda, Jacques Dozy. Freeport dapat izin Kontrak Karya (KK) pertama tahun 1967. Grasberg merupakan salah satu cadangan terbesar dunia dari kandungan emasnya. KK diberikan lagi setelah renegosiasi tahun 1991, ditandatangani 31 Desember 1991 berlaku sampai 30 tahun," ujar SVP Geo Engineering PT Freeport Indonesia, Wahyu Sunyoto, dalam diskusi IAGI di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (20/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intinya penambangan di Papua sangat berisiko tinggi. Pada saat eksplorasi, di Papua tidak ada data sama sekali, kita mulai dari nol. Pemerintah belum siap, yang ada hanya peta militer peninggalan Zaman Belanda," katanya.
Baca juga: Dikeruk Freeport, Emas dan Tembaga di Papua Tersisa Berapa?
Infrastruktur juga belum ada, Freeport harus menyiapkannya dari nol. Eksplorasi di sana juga membutuhkan teknik-teknik khusus karena wilayahnya sulit dijangkau.
"Wilayah pertambangan kami secara topografi sangat sulit sehingga tak mudah merancang infrastruktur untuk tambang kami. Tantangan utama eksplorasi di Papua, daerahnya yang sangat terpencil. Kita tidak bisa eksplorasi secara konvensional, harus memanfaatkan Helicopter Hoist Sampling Technique," tukasnya.
Butuh modal sangat besar untuk mengembangkan Tambang Grasberg. Freeport sampai-sampai menjual aset-asetnya di seluruh dunia untuk mengumpulkan biaya investasi. Investasi skala besar dan berisiko tinggi ini, kata Wahyu, butuh stabilitas jangka panjang.
Itulah sebabnya Freeport ingin tetap mempertahankan KK.
"Freeport menjual aset di seluruh dunia untuk diinvestasikan di Grasberg, dan menggandeng Rio Tinto. Betapa penting investasi jangka panjang dapat stabilitas dari pemerintah," ia mengungkapkan.
Wahyu membantah anggapan Freeport mengeruk kekayaan alam untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Ia mengklaim, Freeport juga berkontribusi besar untuk masyarakat Papua. Perekonomian di Papua bergerak berkat Freeport.
"Saat cadangan ditemukan, sudah terbukti jadi penggerak ekonomi daerah. Terbukti tahun 1989 hanya ada 1.000 KK di Mimika sekarang hampir 300.000," katanya.
Total cadangan mineral dari Grasberg yang digali Freeport sampai sekarang sudah 1,7 miliar ton. Masih tersisa 2,1 miliar ton, kira-kira cadangan baru habis pada 2054 alias 37 tahun lagi.
"Sampai hari ini, Freeport sudah menambang 1,7 miliar ton. Yang tersisa sampai 2041 adalah 2,1 miliar ton. Cadangan yang ada sekarang masih tersisa sampai 2054. Siapa pun yang akan mengoperasikan wilayah itu di kemudian hari masih ada cadangan," pungkasnya. (mca/hns)