Ingin Seperti Iran dan Thailand, RI Wajibkan SPBU Jual BBG

Ingin Seperti Iran dan Thailand, RI Wajibkan SPBU Jual BBG

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 25 Apr 2017 16:06 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi terus diupayakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Gas dipilih sebagai sumber energi alternatif karena cadangannya masih cukup besar di dalam bumi Indonesia, tak perlu impor.

Harga gas bumi juga lebih murah dibanding minyak, selain itu lebih ramah lingkungan. Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2017 (Permen ESDM 25/2017) untuk mempercepat konversi BBM ke BBG di sektor transportasi.

Konversi ke gas diharapkan bisa sukses seperti di Thailand dan Iran. Di Iran, jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sudah lebih dari 200, kendaraan yang memakai BBG sudah sekitar 4 juta unit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan di Thailand, jumlah SPBG mencapai 470, mobil-mobil yang pakai BBG sudah hampir 500.000 unit. Sementara Indonesia baru punya 68 SPBG.

"Contoh Iran dan Thailand. Jumlah SPBG di Iran itu 200-an, kendaraan yang sudah menggunakan gas 4 juta. Begitu juga di Thailand, jumlah SPBG 470 dan jumlah kendaraannya sudah hampir 500 ribu. Kita harapkan dengan terbitnya Permen ini, dan di Kemenperin terbit aturan mengenai low emission car ini bisa sama-sama mendorong konversi BBM ke BBG," kata Wirat dalam diskusi di Gedung Migas, Jakarta, Selasa (25/4/2017).

Melalui Permen ESDM 25/2017, pemerintah mewajibkan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk menjual BBG juga, harus ada dispenser BBG, tak hanya jualan BBM. Tak semua SPBU, hanya SPBU di daerah-daerah yang sudah punya infrastruktur gas dan ada sumber gasnya saja.

Menurut Wirat, ini cara paling praktis untuk mempermudah akses masyarakat mendapatkan BBG. Tak perlu membebaskan lahan, tak perlu membangun SPBG dari nol, lokasinya sudah strategis dan diketahui masyarakat.

"Cita-icita kita ini kan dengan adanya Permen ini, kita terapkan setiap SPBU memiliki dispenser gas. Kelebihannya masyarakat sudah tahu dimana belinya, tempatnya sudah tahu. Tidak perlu beli tanah lagi, kalau bikin SPbG baru kan harus beli tanah. Lokasi strategis, masyarakat harus disosialisasikan," paparnya.

Wirat menambahkan, Kementerian ESDM tahun ini membagikan konverter kit gratis kepada 8.900 kendaraan dinas sebagai untuk mendukung program konversi ke gas.

Setelah ada dispenser-dispenser BBG di SPBU, industri otomotif juga diharapkan memproduksi mobil berbahan bakar gas sehingga makin banyak kendaraan dinas, kendaraan umum, dan kendaraan pribadi yang pakai BBG.

"Dengan adanya dispenser gas di SPBU, industri otomotif diharapkan juga produksi mobil BBG," tukas dia.

Harga BBG yang murah, hanya Rp 3.100/liter setara premium (lsp) alias kurang dari setengah harga BBM jenis premium yang Rp 6.450/liter, diyakini bakal membuat masyarakat tertarik beralih ke BBG.

"Gas harganya lebih murah, terus tidak impor, udara jauh lebih bersih. Ini sejalan dengan program di Kemenperin (Kementerian Perindustrian) yang menyiapkan regulasi tentang low emission car," tutupnya. (mca/hns)

Hide Ads