Pertamina dan Mubadala Jajaki Kerja Sama 8 Blok Migas

Pertamina dan Mubadala Jajaki Kerja Sama 8 Blok Migas

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 22 Mei 2017 18:36 WIB
Foto: Danang Sugianto/detikFinance
Jakarta - Pada 18 Januari 2017 lalu, pemerintah memutuskan tidak memperpanjang kontrak perusahaan-perusahaan migas asing di 8 blok yang masa kontraknya berakhir pada 2018. Selanjutnya, 8 blok terminasi itu akan dikelola PT Pertamina (Persero).

Delapan blok terminasi yang diserahkan pada Pertamina itu adalah Blok Tuban, Blok Ogan Komering, Blok Sanga-Sanga, Blok South East Sumatera (SES), Blok NSO, Blok B, Blok Tengah, dan Blok East Kalimantan.

Mulai 2018 nanti, Pertamina akan menjadi kontraktor baru di 8 blok itu. Tapi kemungkinan Pertamina tak sendirian. Kerja sama dengan perusahaan minyak asal Uni Emirat Arab (UEA), Mubadala, sedang dijajaki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pembicaraan dengan Mubadala dilakukan setelah pertemuan antara Menteri ESDM Ignasius Jonan dengan Menteri Energi UEA, Suhail Mohammed Faraj Al Mazrouei, di Kantor Kementerian ESDM pekan lalu.

"Dari sisi upstream memang sudah ada beberapa rencana kerja sama dengan Mubadala untuk pengelolaan lapangan migas. Masih terbuka beberapa pilihan, salah satunya adalah blok-blok yang akan terminasi," kata Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam, kepada detikFinance, Senin (22/5/2017).

Peluang kerja sama Pertamina dan Mubadala tak hanya terbuka di dalam negeri. Kedua perusahaan juga membuka kemungkinan mengelola ladang migas bersama-sama di luar negeri.

"Bisa di Indonesia maupun di luar negeri," terang Alam.


SVP Upstream Business Development Pertamina, Denie Tampubolon, menambahkan Pertamina dan Mubadala tengah saling bertukar informasi mengenai lapangan-lapangan minyak yang mungkin dikerjasamakan.

"Kita akan mulai share, bertukar data dan informasi untuk identifikasi lapangan untuk kerja sama," ujar Denie kepada detikFinance.

Data-data dan informasi itu akan dievaluasi dulu, penjajakan kerja sama akan berlanjut ke tahap lebih tinggi jika terdapat peluang bagus buat kedua pihak.

"Masing-masing harus evaluasi dan kemudian sepakat," pungkas Denie. (mca/hns)

Hide Ads