Merespons surat Jonan, Jokowi mengeluarkan instruksi tertulis. Semua kementerian dan lembaga pemerintah diminta mendukung pengembangan mobil listrik. Peraturan Presiden (Perpres) untuk mendorong hal itu sedang disiapkan.
Jika Indonesia benar-benar serius mau mengembangkan mobil listrik, tentu sarana dan prasarana pendukungnya perlu disiapkan. Sehingga, masyarakat bisa mengendarainya di jalan raya dengan aman dan nyaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mobil Listrik Dapat Lampu Hijau dari Jokowi |
Salah satunya, harus diperhitungkan faktor ketersediaan listrik. Apakah pasokan listrik sudah cukup?
Di negara-negara seperti Jepang, China, atau Eropa biasanya mobil listrik di-charge saat sedang diparkir di rumah, kantor, pertokoan, dan sebagainya. Diakui Jonan, tak semua rumah di Indonesia punya daya listrik cukup besar untuk mengisi baterai mobil listrik.
Dari sekitar 60 juta pelanggan listrik PLN, 46 juta di antaranya adalah rumah tangga 450 VA dan 900 VA. Daya listrik sebesar itu tak cukup untuk mobil listrik.
"Kalau charge di rumah, enggak semua bisa. Kalau listriknya 450 VA atau 900 VA bagaimana?" kata Jonan saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (19/7/2017).
Tapi bukan berarti mobil listrik tak bisa digunakan di Indonesia. Bisa saja baterai mobil listrik dijual seperti gas Elpiji. Begitu habis, baterai mobil listrik ditukar dengan yang masih penuh di SPBU atau tempat-tempat lain yang menjualnya.
Baterai yang habis akan diisi ulang oleh PLN atau badan usaha lain, lalu dijual lagi dalam keadaan terisi penuh. Jadi seperti Elpiji, tabungnya dikembalikan saat kosong, diisi ulang dan dijual lagi dalam kondisi penuh.
"Kayak tabung elpiji saja. Ditukar baterainya, kayak tabung elpiji begitu, lebih ringkas kan?" kata Jonan.
Untuk jaringan distribusi baterai mobil listrik, SPBU Pertamina di seluruh Indonesia bisa dimanfaatkan. Nantinya SPBU tidak hanya menjual bensin dan bahan bakar gas (BBG) saja, tapi juga baterai mobil listrik.
"6.000 SPBU Pertamina kerja sama saja dengan PLN, kan sudah selesai. Mobil listrik bisa ke SPBU untuk tukar baterai yang kosong dengan yang isi. Mereka harus bayar. Kalau itu terjadi, maka ini (pengembangan mobil listrik) bisa fly," tutur Jonan.
Jonan menambahkan, penggunaan mobil listrik akan menurunkan impor BBM. Dampaknya sangat positif, ketahanan energi Indonesia jadi lebih kuat. "Impor BBM pasti akan turun, itu yang penting," tutup Jonan. (mca/hns)











































