Dia bilang, pasokan gas dari dalam negeri masih mencukupi menyusul masih adanya sumber gas yang menganggur atau tidak terserap dari PLN maupun blok-blok migas yang akan dimulai.
"Kita memiliki kargo yang tidak terserap (uncommitted) sejak 2017, 2018 juga masih ada. Tapi mungkin saja kami masih memiliki kargo yang tidak terserap di tahun 2019. Namun pertanyaannya, apakah kita perlu impor di 2019? Berdasarkan perkiraan terbaik pemerintah sampai sekarang, kita mungkin tidak akan mengimpor LNG sampai 2019, karena kita punya uncommitted untuk PLN. Ketika Masela nanti dimulai, kita juga akan punya uncommitted lebih banyak lagi," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika anda lihat trennya seperti itu, di 2018 dan 2019, ini juga akan sekitar segitu trennya," tutur dia.
Namun demikian, Arcandra enggan menyebutkan berapa proyeksi produksi gas yang akan dihasilkan pada tahun-tahun mendatang.
"2018 sudah ada angkanya. Tapi saya janji gas balancenya kita perbaiki. Ini sedang kita selesaikan. Kita lihat nanti angkanya," tukasnya.
Sebelumnya diketahui, berdasarkan Neraca Gas Bumi Indonesia Tahun 2016-2035 yang diluncurkan Kementerian ESDM, Indonesia diperkirakan akan mulai impor gas pada 2019.
Dua tahun lagi, diperkirakan total pasokan gas dari dalam negeri sebesar 7.651 MMSCFD. Sedangkan permintaan gas mencapai 9.323 MMSCFD, sehingga harus impor sebanyak 1.672 MMSCFD. (eds/ang)