Hal tersebut diungkapkan, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi.
Realisasi lifting minyak bumi sebesar 803.800 BOPD, atau 98,6% dari target APBN-P 2017 dan realisasi lifting gas bumi sebesar 1,14 juta BOEPD, atau 99,2% dari target APBN-P 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Capaian penerimaan negara dari hulu migas, sepanjang 2017 tercatat US$ 13,1 milliar, atau 108% dari target APBNP 2017 sebesar US$ 12,2 milliar.
Begitu pula untuk capaian pengembalian biaya operasi atau cost recovery sebesar US$ 11,3 miliar, atau 106% dari target APBNP 2017 sebesar US$ 10,7 milliar.
Angka realisasi penerimaan yang melampaui target tersebut disebabkan oleh harga minyak mentah atau Indonesian Crude Price (ICP) yang meningkat pada tahun lalu.
"Dalam APBNP, ICP nya ditarget US$ 48 per barel. Realisasinya US$ 51,19 per barel. Kalau melihat data ini, revenue lebih tinggi dari yang ditargetkan karena ICP lebih tinggi dari yang diperkirakan," jelas dia.
Adapun realisasi produksi tersebut berasal dari 73 wilayah kerja (WK) migas yang sudah berproduksi.
Sepanjang tahun lalu, tercatat ada 255 WK migas baik yang konvensional maupun konvensional. Dari 255 WK itu, 87 di antaranya adalah WK eksploitasi, 119 WK eksplorasi, dan 49 WK non konvensional.
Dirinya menjelaskan, sebagian besar lapangan migas pada wilayah-wilayah kerja tersebut sudah dikategorikan sebagai lapangan tua (mature field) dengan produksi yang terus menurun secara alamiah. (hns/hns)