Dari empat WK tersebut, dua di antaranya diberikan kepada PT Pertamina (Persero) secara penuh (100%). Kedua WK tersebut yakni, WK Jambi Merang dan WK Raja/Pendopo.
"Pertamina setelah kita berikan penugasan dan prioritas ini, dari mulai Mahakam, lalu delapan WK terminasi kita kasih juga ke Pertamina. Lalu dua dari empat WK terminasi," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (11/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pertamina Resmi Kelola 8 Blok Terminasi |
Sementara untuk dua WK lainnya yaitu WK Seram Non Bula dan WK Bula ditetapkan untuk dikelola oleh kontraktor eksisting. Pertamina juga ternyata tidak mengajukan permohonan untuk pengelolaan terhadap dua WK tersebut.
"Karena WK Bula itu kecil sekali, produksinya hanya 300 barel per hari, jadi Pertamina tidak mengajukan. Untuk WK Non Bula juga kecil di bawah 2.000 barel per hari. Ini letaknya remote area produksinya juga tidak besar. Jadi keduanya diperpanjang kontraktor eksisting," tambahnya.
Jangka waktu kontrak untuk empat WK tersebut yaitu 20 tahun dengan menggunakan kontrak bagi hasil migas skema gross split. Dengan empat WK ini, maka kontrak migas skema gross split menjadi 20 kontrak.
Total bonus tanda tangan (signature bonus) yang akan diterima Pemerintah sebesar US$ 20.298.000 atau setara Rp 285 miliar. Sedangkan perkiraan total Investasi Komitmen Kerja Pasti lima tahun adalah sebesar US$ 308.992.000 atau sekitar Rp 4,3 triliun.
Diantara empat WK tersebut, Jambi Merang merupakan WK yang paling potensial dengan tingkat produksi minyak yang paling besar yaitu 3.706 barel per hari (2017). Sedangkan produksi minyak tiga WK lainnya di bawah 2.000 barel per hari.
Potensi Pendapatan Pertamina
Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menambahkan, pihaknya sudah melakukan kajian sebelum mengajukan pengelolaan WK terminasi tersebut. Oleh karena itu pihaknya hanya mengambil dua WK dengan potensi produksi yang besar.
Pertamina sendiri sebelumnya juga telah mendapatkan hak pengelolaan delapan WK yang habis masa kontraknya di 2018. Pertamina juga mendapatkan hak pengelolaan Blok Mahakam.
Nicke mengungkapkan dari total WK yang digarap Pertamina saat ini, total pendapatannya bisa mencapai US$ 24 miliar dalam waktu kontrak 24 tahun.
"Cukup besar untuk potensi pendapatan," tuturnya.
Sementara untuk kapasitas produksi migas Pertamina ditaksir akan meningkat dua kali lipat. Diperkirakan porsi produksi migas Pertamina akan naik 20% menjadi 40%.
Pertamina sendiri juga akan membuka peluang kerjasama untuk menggarap WK migas yang didapatkannya. Sebab untuk WK Jambi Merang saja diperkirakan nilai komitmen investasinya mencapai US$ 214 dalam 5 tahun.
Sebagaimana diketahui, operator eksisting WK Seram Non Bula adalah Citic Seram Energy Ltd (akhir kontrak 31 Oktober 2019) dan WK Bula adalah Kalrez Petroleum (Seram) Ltd (akhir kontrak 31 Oktober 2019).
Sedangkan operator eksisting WK Raja/Pendopo adalah Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Golden Spike Energy Indonesia Ltd. (akhir kontrak 5 Juli 2019), dan WK Jambi Merang adalah JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang (akhir kontrak 9 Februari 2019) yang pasca keputusan ini nantinya akan dikelola penuh oleh Pertamina saat kontraknya berakhir. (ara/ara)