, Jakarta Selatan. Di sekitar jalan tersebut, tengah dibangun
milik PT VIVO Energy Indonesia atau VIVO.
yang kedua di Jakarta. Sebelumnya, VIVO telah membuka SPBU-nya pertama kali di Jalan Raya Cilangkap, Jakarta Timur. Saat itu SPBU VIVO di Cilangkap sempat ramai jadi sorotan sekitar akhir 2017 karena masalah perizinan.
pun mencoba menyambangi langsung SPBU milik VIVO tersebut, Sabtu (2/6/2018). Lantas bagaimana kondisinya? Simak berita selengkapnya.
Tak sulit rupanya mencari SPBU milik VIVO ini, itu lantaran letaknya yang cukup strategis berada di pinggir jalan raya besar.
Saat tiba di lokasi, ternyata SPBU ini masih dalam tahap pembangunan. Seluruh area pintu masuk SPBU ditutup rapat menggunakan seng yang tinggi. Tak ada celah sedikit pun untuk masuk, selain melalui pintu seng.
SPBU bercorak biru ini hanya dapat dilihat dari bagian luar. Dari luar, tampak beberapa orang melakukan berbagai pengerjaan pembangunan, seperti pengelasan. Secara umum fisik bangunan SPBU ini juga tampak hampir selesai dikerjakan.
Plang nama "VIVO" berwarna oranye juga sudah terpasang di bagian atas SPBU. Jika dilihat areanya SPBU ini cukup luas. Sayangnya, saat detikFinance mencoba untuk masuk ke area SPBU tak ada penjaga yang membuka pintu seng yang tertutup tersebut.
Usut punya usut, berdasarkan keterangan warga sekitar SPBU ini telah dibangun sejak empat bulan lalu. Sebelumnya, area tersebut berdiri SPBU milik Pertamina, namun kemudian tutup dan berdirilah VIVO seperti sekarang ini.
Masih berdasarkan keterangan warga sekitar, pembangunan SPBU ini sedang mengejar target penyelesaian. Dikabarkan SPBU ini sudah harus selesai dikerjakan saat H-1 Lebaran nanti.
"Itu harusnya malah sudah selesai hari ini, tapi nggak jadi karena ada yang harus diganti bagian atasnya katanya. Katanya malah Takbiran sudah harus selesai," tutur seorang warga di lokasi.
Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa atau akrab disapa Ivan mengatakan saat ini VIVO tak perlu memiliki izin penyaluran BBM bila hendak membuka SPBU barunya. Hal itu sesuai dengan upaya pemerintah yang memangkas sejumlah regulasi untuk memudahkan investasi di dalam negeri.
"Kalau sekarang sudah nggak perlu izin (penyaluran). Itu kebijakan pemerintah untuk mempermudah badan usaha melakukan investasi. Jadi kalau mau investasi silahkan," kata Ivan kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (2/6/2018).
Ivan menjelaskan, VIVO merupakan badan usaha penyalur BBM seperti Shell maupun Total yang memiliki izin niaga umum. Dengan izin niaga umum tersebut, maka VIVO bebas untuk membuka SPBU-nya dimana saja.
"Jadi bisa saja, VIVO ngajukan ke Pemda (pemerintah daerah), Pemda kasih izin, lokasinya cocok, ya boleh saja. Tugas pemerintah kan melayani masyarakat, dengan ada SPBU baru di Cilandak, maka melayani masyarakat dalam bentuk ketersedian BBM di seluruh NKRI," jelasnya.
Yang jelas, kata Ivan, bahwa VIVO dalam pengoperasiannya tak menjual BBM penugasan atau subsidi seperti solar dan Premium. Mereka hanya dapat menjual BBM jenis umum kepada masyarakat.
"Karena yang menjual subsidi atau penugasan, solar atau Premium, kalau solar kan hanya dua perusahaan itu Pertamina dan AKR itu musti ada penugasan, seleksi dan sebagainya, tapi kalau Premium itu hanya pertamina yang punya kilang," ujarnya.
"Dulu dia pernah jual RON89, nah RON89 kan bukan RON88 yang penugasan. Saya nggak tahu masih jualan itu nggak dia, mungkin jadi RON90, RON92, bisa saja. Jadi bisa saja dia membuat SPBU dimana saja," tuturnya.
Kapan SPBU VIVO tersebut mulai beroperasi? Untuk mencari informasi itu, detikFinance mencoba mendatangi langsung ke kawasan SPBU tersebut. Namun, begitu memasuki area pembangunan SPBU pihak SPBU masih enggan memberikan pernyataan apapun.
Berdasarkan keterangan, petugas keamanan yang berjaga, kepala proyek yang bertanggungjawab belum bersedia untuk bertemu dengan detikFinance.
"Nanti mau meeting orang nya. Jangan sekarang, besok saja datang lagi," kata si petugas keamanan kepada detikFinance di lokasi SPBU, Jakarta, Sabtu (2/6/2018).
Sementara, ketika dikonfirmasi kapan kiranya SPBU ini beroperasi, si petugas keamanan tersebut juga tak bisa memberi informasi. Dia mengaku tak berani untuk bicara.
"Bukan kewenangan saya itu. Saya nggak tahu juga kapan operasinya," katanya.
Namun, berdasarkan informasi dari warga sekitar, pembangunan SPBU ini sedang mengejar target penyelesaian. Dikabarkan SPBU ini sudah harus selesai dikerjakan saat H-1 Lebaran nanti.
"Itu harusnya malah sudah selesai hari ini, tapi nggak jadi karena ada yang harus diganti bagian atasnya katanya. Katanya malah Takbiran sudah harus selesai," tutur seorang warga di lokasi.
Berdasarkan penelusuran detikFinance di lokasi SPBU, saat ini VIVO masih belum memasang papan layar informasi penjualan BBM seperti SPBU pada umumnya. Itu mungkin, karena memang SPBU ini masih dalam tahap pembangunan.
Ketika dikonfirmasi kepada petugas yang berjaga di proyek pembangunan, dirinya juga tak mengetahui BBM jenis apa yang nantinya bakal dijual VIVO. Dia mengaku belum mendapat informasi.
"Nggak tahu juga ya, kan belum buka juga ini SPBU-nya," kata si petugas kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (2/6/2018).
Namun, bila mengacu pada penjualan BBM di SPBU pertama VIVO yang berlokasi di Cilangkap, Jakarta Timur, maka ada tiga jenis BBM yang dijual VIVO. Tiga jenis BBM tersebut ialah Revvo 89, Revvo 90, dan Revvo 92. Revvo 89 memiliki oktan yang sedikit di atas bensin Premium milik Pertamina.
Sedangkan untuk harga terakhir yang dipatok dari tiga jenis BBM tersebut ialah, Revvo 89 sebesar Rp 6.300 per liter, kemudian Revvo 90 seharga Rp 7.500 per liter, dan Revvo 92 dihargai Rp 8.250 per liter. Harga itu merupakan update terakhir pada akhir 2017 lalu.
Sementara itu, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa mengatakan PT Vivo Energy Indonesia tidak terlibat dalam penugasan badan usaha pelaksana penyediaan dan pendistribusian jenis BBM tertentu dan jenis BBM khusus penugasan tahun ini.
Itu artinya, pada SPBU tersebut VIVO tidak menjual BBM sekelas Premium atau RON 88 dan BBM bersubsidi seperti solar. Pria yang akrab disapa Ivan itu bilang, hingga saat ini badan usaha yang mendapat tugas tersebut PT AKR Corporindo dan PT Pertamina.
"Dia kan jual non subsidi, dia tidak ada beda dengan Shell dan Total. Karena yang menjual subsidi, kalau solar kan hanya dua perusahaan itu Pertamina dan AKR itu musti ada penugasan, seleksi dan sebagaunya, tapi kalau Premium itu hanya Pertamina yang punya kilang," tutur Ivan.