Salah satunya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) atau 'kebun angin' raksasa yang berada di Desa Lengke-lengkese, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto.
Manager EPC Vena Energi Hotma Sianturi menejelaskan saat ini sudah berdiri tiga kincir angin di proyek PLTB Tolo 1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Para Jagoan 'Kebun Angin Raksasa' Dunia |
Dia menjelaskan, PLTB ini nantinya akan mengaliri listrik di Sulawesi Selatan dan membantu memenuhi defisit Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Hotma mengungkapkan, tahap konstruksi sudah hampir selesai hanya tinggal pemasangan tiang dan kincir. "Secara fisik sudah hampir selesai, progres kita sudah 92%. Diharapkan bisa selesai Agustus dan sudah bisa menghasilkan," kata dia.
Setelah pembangunan selesai Vena Energi akan mulai membangun 72 MW tahap kedua untuk mendukung rencana PLN menurunkan biaya pembangkitan regional dan mendukung tercapainya target 23% energi terbarukan dan bauran energi nasional pada 2025 dengan menggunakan kekayaan sumber daya energi surya dan bayu Indonesia.
PLTB Tolo 1 ini merupakan 'kebun angin' raksasa terbesar kedua setelah PLTB Sidrap. Hotma menjelaskan secara teknologi Tolo 1 menggunakan teknologi Siemens yang satu towernya memiliki kapasitas 3,6 Mega-watt. Sedangkan Sidrap 2,5 Mega-watt.
Kemudian kondisi angin di wilayah Tolo dinilai lebih baik dibandingkan Sidrap. Kebun angin ini dibangun di lahan seluas 60 hektar dengan investasi total sebesar US$ 160 juta.
Direktur Human Capital Management PLN Muhammad Ali mengungkapkan proyek PLTB ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan produksi listrik menggunakan bahan bakar fosil.
Setelah selesai dibangun dan PLTB Sidrap beroperasi maka akan masuk ke sistem PLTB Tolo 1. Kincir sudah bisa menghasilkan listrik yang berkapasitas besar dan bisa segera dijual.
Ali menjelaskan, listrik akan dijual ke industri. Pihak PLN sudah melakukan pemetaan terkait penyerapan listrik ini ataupun listrik lain dari PLTU yang ada di Sulawesi.
"Karena pembangunannya cepat semua dipercepat untuk transmisi dan gardu agar bisa segera dinikmati," imbuh dia.
Dia menjelaskan cepatnya proyek karena menggunakan teknologi penuh dan membuat lebih efisien.
"Dengan ini kami yakinkan ke investor bahwa listrik di Sulawesi aman, silakan investasi. PLN sediakan listrik yang akan membuat iklim investasi semakin baik," ujarnya.
PLTB Tolo-1 berkapasitas 72 MW ini akan menjadi pembangkit listrik tenaga angin/bayu dengan kapasitas terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap (75 MW). Walaupun secara kapasitas sedikit di bawah PLTB Sidrap, namun infrastruktur per tower pada PLTB Tolo-1 adalah yang terbesar, dengan 20 turbin angin masing-masing kapasitas 3,6 Megawatt (MW).
Ketinggian menara PLTB Jeneponto mencapai 138 meter dengan panjang bilah mencapai 64 meter. Sementara PLTB Sidrap memiliki ketinggian tower 80 meter dengan 3 bilah turbin masing-masing sepanjang 56 meter. Sebanyak 30 turbin angin terpasang di Sidrap dengan kapasitas tiap turbin 2,5 MW.
Energi listrik PLTB Tolo-1 ini dihasilkan dari kecepatan angin sebesar 6-8 m/s yang merupakan potensi angin cukup besar untuk dikembangkan secara komersial. Nantinya, pembangkit berbasis angin tersebut akan terkoneksi dengan jaringan transmisi sebesar 150 KV.
Sebanyak 4 dari 10 tower transmisi 150 KV telah selesai dibangun, yang akan terinterkoneksi melalui Gardu Induk Jeneponto.
Penandatangan jual-beli atau Power Purchase Agreement (PPA) diteken oleh PLN bersama PT Energi Bayu Jeneponto pada 14 November 2016 dengan harga jual listrik US$ 10,89 cent/kWh. Berdasarkan PPA tersebut, proyek akan COD pada 14 November 2019.
Hadirnya PLTB Tolo-1 Jeneponto akan melengkapi keberadaan PLTB Sidrap untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan di Indonesia, sekaligus semakin meningkatkan kehandalan kelistrikan di Sulawesi Selatan, yang rasio elektrifikasinya telah mencapai 99,12%. (dna/dna)