Jonan menjelaskan Pertamina berhasil mengambil Rokan dari Chevron karena berkomitmen memberikan kontribusi yang lebih besar kepada negara.
"Loh ini buktinya Pertamina punya uang lah makanya. Seret ini kata sifat, terus gimana seretnya ini Pertamina harus bayar loh Rp 11 triliun dia bayar untuk mendapatkan hak kelola ini. Kemudian Pertamina juga komit untuk eksplorasi, ke depan jadi dia harus melakukan eksplorasi. Kalau ini dijumlah US$ 1,284 miliar itu hampir Rp 18 triliun buktinya gimana," jelas Jonan dalam acara Blak-blakan, di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, seperti ditulis Rabu (1/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertamina menawarkan bonus tandatangan (signature bonus) yakni bonus yang menunjukkan kesungguhan perusahaan mengelola Blok Rokan sebesar US$ 784 juta atau setara Rp 11,3 triliun. Kemudian, komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
"Nah 20 tahun Anda tanya Chevron tawarnya berapa. Ini secara etis mungkin nggak baik kalau menang saya umumkan bisa saja, tanya Chevron dia menawarkan berapa, yang dokumen yang dikelola oleh Wamen (ESDM) yang dilaporkan ke saya jauh di bawah itu. jauh di bawah itu," kata Jonan.
Baca juga: Pertamina Jual Aset Karena Kebanyakan Impor? |
Pertamina juga diminta mencari cara agar penugasan penyaluran Premium tidak menjadi beban yang begitu besar bagi perseroan.
"Pertamina itu salah satu yang kalau badan usaha terbesar yang ada di RI ya cari cara dong. Bapak presiden bilang harus tetap salurkan Premium," tutur Jonan. (ara/ang)