Alih kelola ini menjadi sejarah industri migas nasional karena Blok Mahakam selama 50 tahun dikuasai asing. Terlebih, blok ini merupakan produsen migas terbesar di Indonesia. Hasil produksinya melampaui produksi kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) Chevron Pasific Indonesia dan ExxonMobil Oil Indonesia.
Dari Blok Mahakam, Pertamina diperkirakan akan memberi kontribusi sebanyak 34% produksi migas secara nasional. Blok ini akan dikelola Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persiapan dan strategi tersebut juga dilakukan dengan senantiasa mengedepankan aspek QHSSE (quality, health, safety, security, and environment), menjaga dan meningkatkan produksi untuk ketahanan energi nasional, mengembangkan SDM yang ada dan meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi yang semuanya bermuara pada penguatan bisnis sektor hulu," kata Bambang lewat keterangannya, Jumat (29/12/2017).
Persiapan yang sudah dilakukan Pertamina seperti transfer pekerja Total E&P Indonesia dan pengeboran 14 unit sumur dari program 15 sumur pada 2017.
Baca juga: Premium di Jawa dan Bali Sempat Langka |
Blok Mahakam memang bukan wilayah kerja migas biasa. Saat ditemukan, cadangan di cekungan Kalimantan Timur itu diprediksi mencapai sekitar 50 triliun kaki kubik (TCF) gas dan 5 miliar barel (BBLS) minyak.
Kontrak kerja sama Blok Mahakam pertama diteken oleh pemerintah dan Total E&P Indonesie (TEPI) dan Inpex Corporation pada 1966 dengan jangka waktu selama 30 tahun. Pada 1974, Blok Mahakam resmi memproduksi minyak pertamanya dari Lapangan Bekapai.
Setelah berjalan selama 30 tahun, di 1997 kontrak kerja diperpanjang kembali selama 20 tahun hingga 31 Desember 2017.
Jelang habis waktu kontrak, TEPI kembali mengajukan perpanjangan kontrak ke pemerintah pada 2008. Di sisi lain, pada 2009, PT Pertamina juga menyampaikan keinginannya mengelola Blok Mahakam.
Akhirnya, pemerintah menetapkan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja TEPI di Blok Mahakam, sehingga tetap berakhir pada 31 Desember 2017. Selanjutnya, pemerintah menunjuk PT Pertamina sebagai pengelola baru.
Blok Mahakam sendiri diperkirakan masih menyisakan cadangan 57 juta barel minyak, 45 juta barel kondensat, dan 4,9 TCF gas.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, cadangan migas di Blok Mahakam mampu bertahan hingga 15 tahun. Angka ini juga akan bertambah seiring dengan adanya sumur-sumur baru.
"Masih lama sih cadangannya paling enggak 15 tahunan ya. Gini, kalau cadangan migas itu ketemu terus diproduksi kan turun tapi kalau kita ngebor lagi ya ketemu lagi kan tinggi (meningkat jumlah cadangan)" kata Amien kepada detikFinance pada peresmian pergantian pengelola Blok Mahakam di Balikpapan, Minggu (1/1/2018).
Pertamina Rogoh US$ 1,8 Miliar untuk Kelola Blok Mahakam
Untuk mengelola Blok Mahakam Pertamina mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Setidaknya, Pertamina menggelontorkan dana US$ 1,8 miliar.
Dana US$ 1,8 miliar itu digunakan untuk investasi US$ 700 juta dan biaya operasi US$ 1-1,1 juta.
"Dari sisi investasi US$ 700 juta dan anggaran biaya operasi (ABO) US$ 1-1,1 juta," kata Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Kamis (9/11/2017).
Di tahun 2018, PHI akan mengebor 59 sumur, yaitu terdiri dari 44 sumur berada di area rawa, 5 sumur di lepas pantai, dan sisanya 10 sumur baru.
"Totalnya 70 sumur yang dibor," kata Bambang.