Alexander Lubis, salah satu tokoh muda Tapanuli Selatan, mengatakan penilaian tersebut kurang tepat. Lantaran menurutnya saat ini tak ada tanda-tanda yang mengarah rusaknya habitat orangutan akibat pembangunan PLTA Batang Toru.
"Sejauh ini saya belum pernah melihat orangutan masuk ke ladang dan perkampungan warga. Sebab jika habitat mereka terganggu biasanya orangutan tersebut akan masuk keperkampungan dan ladang warga. Ya intinya mereka masih hidup di habitatnya," jelasnya, Jumat (1/3/2019).
PT NHSE sendiri telah memaparkan, keberadaan PLTA justru akan berdampak positif. Pihak NHSE menegaskan kesuksesan pembangkitan listrik PLTA sangat dipengaruhi keberlanjutan ekosistem. Bila ekosistem rusak, maka PLTA tidak akan berooperasi secara optimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernyataan itu sangat menyakiti dan melukai hati masyarakat, ketika kata pelacur dilontarkan," tegas dia.
Selanjutnya, Alex menyampaikan dukungannya atas pembangunan PLTA Batang Toru, karena setelah beroperasi, manfaatnya sangat banyak kepada masyarakat untuk menunjang kesejahteraan.
"Saya sangat mendukung sekali dengan pembangunan PLTA Batang Toru. Karena manfaatnya sangat banyak, misalnya secara langsung terbukanya lapangan kerja, sehingga pengangguran akan berkurang, serta manfaat lainnya," tuturnya.
Sebelumnya Manajer Hukum Lingkungan dan Litigasi Walhi Ronald M Siahaan menyatakan, akhir-akhir ini banyak warga dulu menolak pembangunan PLTA Batangtoru justru melakukan aksi untuk menyatakan dukungan terhadap pembangunan PLTA Batangtoru. Termasuk tokoh-tokoh yang sebelumnya bersikap menolak terhadap pembangunan PLTA tersebut.
"Saya bilang, you semua pelacur," katanya.
Ronald mengaku tidak tahu mengapa masyarakat di sana sekarang berubah sikap dan mendukung pembangunan PLTA Batangtoru. Namun Ronald menuding, mereka yang sekarang mendukung pembangunan PLTA menerima sogokan uang dari pengembang PLTA Batangtoru.
"Saya tahu itu. (Mereka) Terima uang itu. Makanya mereka berani berpihak kepada pembagunan PLTA," kata Ronald ketus. (dna/dna)