Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, hal itu bukan berarti kinerja Pertamina tidak sesuai standar.
"Bahwa memang kami lakukan investigasi yang mendalam terhadap penyebab peristiwa ini, lalu memastikan lesson learned diterapkan dalam sistem pengelolaan operasional. Maksudnya, bukan berarti saat ini kinerja dan standar kami tidak sesuai dengan best practice ya," ujarnya di Jakarta, Kamis (25/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun sesuai yang saya sampaikan, bahwa industri migas memang high risk, dinamika-dinamika alam pasti ada," tambahnya.
Dia bilang, risiko alam dalam produksi migas salah satunya seperti anomali tekanan, gelembung gas dan lain sebagainya.
"Dari puluhan ribu sumur yang kita kelola, kan minor ya yang tiba-tiba jadi masalah, bukannya menyalahkan alam, namun itu sebabnya dibilang high risk," jelasnya.
Meski demikian, dia bilang, peringatan dini telah diterapkan Pertamina, sehingga penanganan untuk bencana bisa dilakukan secara cepat.
"Early warning system sudah ada, karenanya kami bisa cepat menanganinya, evakuasi pekerja juga cepat dan sebagainya," tutupnya.
(hns/hns)