Teknologi yang dimaksud adalah Enhance Oil Recovery/EOR untuk meningkatkan produksi dan lifting minyak. Menurutnya Pertamina sudah harus menggunakan teknologi tersebut. Sementara saat ini baru sedikit pemanfaatannya.
"Orang di lapangan ini lambat ngambil keputusan untuk teknologi EOR. Kalau itu segera diterapkan pasti naik (minyak dari bawah permukaan). Kalau nggak naik iris nih Plt Dirjen lehernya. Loh serius, catat. Fakta kok," kata dia di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, dengan teknologi yang saat ini digunakan Pertamina hanya mampu mengangkat minyak separuh dari total yang tersedia. Saat ini Pertamina menggunakan bahan kimia untuk mengangkat minyak.
"Saya tuh agak geregetan sama Pertamina. You silahkan cari di sumber mana pun, minyak yang kita temukan sejak zaman Belanda, dengan teknologi saat ini itu hanya mampu maksimum kita angkat cuma 50%," jelasnya.
Artinya masih ada 50% minyak yang tidak terangkat. Nah itu menurut dia bisa diangkat menggunakan teknologi EOR. Seperti pilot project di Lapangan Tanjung, milik Pertamina EP yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero), sudah membuahkan hasil.
"50% itu masih di dalam perut bumi. Satu-satunya jalan apa yang bisa untuk mengangkat, EOR. Alhamdulillah EOR Tanjung yang semua pada ngomong nggak karu-karuan 'wah EOR mah 8 tahun lagi' loh cek EOR Tanjung, 8 bulan sudah ada kelihatan," tambahnya.
(toy/zlf)