Seputar Saudi Aramco, Perusahaan yang Ladang Minyaknya Diserang

Seputar Saudi Aramco, Perusahaan yang Ladang Minyaknya Diserang

Puti Yasmin - detikFinance
Selasa, 17 Sep 2019 14:10 WIB
Seputar Saudi Aramco, Perusahaan yang Ladang Minyaknya Diserang/Foto: VIDEOS OBTAINED BY REUTERS/via REUTERS
Jakarta - Ladang minyak milik Saudi Aramco diserang oleh pemberontak Houthi Yaman menggunakan pesawat tak berawak atau drone pada Sabtu (14/9/2019) lalu. Akibatnya, terjadi kebakaran di dua titik yang mengganggu produksi.

Dua titik kebakaran yang terjadi di ladang Saudi Aramco terjadi di lokasi pengolahan minyak, yakni fasilitas Khurais dan Fasilitas Abqaiq atau jauh dari kantor pusatnya di Dhahran.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, berikut fakta-fakta dari Saudi Aramco yang dirangum detikcom:

1. Sejarah

Saudi Aramco awalnya merupakan perusahaan minyak milik Amerika Serikat bernama California Arabian Standard Oil Company (CASOC). Kemudian, pada tahun 1980 pemerintah Arab Saudi resmi memiliki perusahaan dengan nama Saudi Aramco.

2. Cadangan Minyak 260 miliar barel

Cadangan minyak di ladang Saudi Aramco pada tahun 2017 tercatat sebanyak 260,2 miliar barel atau mampu bertahan hingga 54 tahun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan cadangan minyak milik perusahaan Exxon Mobil Corp, Chevron Corp, Royal Dutch Shell Plc, BP Plc dan Total SA.

3. Ekspor Hingga Jepang

Saudi Aramco ditunjuk sebagai salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Bahkan, pengiriman minyaknya sebagian besar ke China, India, Korea Selatan, Taiwan, hingga Jepang.



4. Penyulingan Minyak Hingga ke AS

Perusahaan Saudi Aramco menyuling minyak mentahnya di Amerika Serikat. Adapun, nama anak perusahaannya adalah Motiva Enterprises.

5. Diserang

Ladang minyak milik Saudi Aramco diserang oleh pemberontak Houthi Yaman menggunakan drone. Imbasnya, Kerajaan Arab Saudi harus memangkas produksi minyak hingga 5,7 juta barel per hari atau 50% dari total produksi harian.

6. Dampak ke RI

Penurunan jumlah produksi miliki Saudi Aramco bisa menyebabkan harga minyak naik. Dengan adanya kenaikan harga ditakutkan bisa memicu kenaikan beban pokok bagi yang mengimpor.


(pay/erd)

Hide Ads