Ladang Minyak Arab Diserang, Pemilik Kilang Perlu Pasang Anti Drone?

Ladang Minyak Arab Diserang, Pemilik Kilang Perlu Pasang Anti Drone?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 18 Sep 2019 10:37 WIB
1.

Ladang Minyak Arab Diserang, Pemilik Kilang Perlu Pasang Anti Drone?

Ladang Minyak Arab Diserang, Pemilik Kilang Perlu Pasang Anti Drone?
Jakarta - Ladang minyak Saudi Aramco di Saudi Aramco diserang pesawat tanpa awak Sabtu pekan lalu. Pemberontak Houthi Yaman disebut-sebut sebagai dalangnya.

Dua lokasi yang jadi target sasaran yakni Fasilitas Khurais yang merupakan ladang minyak utama milik Saudi Aramco dan Fasilitas Abqaiq yang merupakan lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar milik Saudi Aramco.

Serangan tersebut memberi dampak besar pada pasokan minyak dunia. Sebab, imbas dari serangan tersebut Arab Saudi memangkas produksi sampai 5,7 juta barel per hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa dampaknya ke Indonesia? Lalu, apa yang harus dilakukan agar hal serupa tak terjadi di Tanah Air? Simak berita selengkapnya dirangkum detikcom:
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto menjelaskan, harga minyak dunia Brent pada posisi terakhir pasca serangan di sekitar US$ 67 per barel. Kemudian, dia bilang, harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) lebih rendah dari Brent sebanyak US$ 5. Dengan kondisi itu, maka ICP masih dalam perhitungan pemerintah.

"Kalau ICP kan dikurangi US$ 5 dari Brent. US$ 67 kurangi US$5, US$ 62 kemarin kita tetapin US$ 63 loh di 2020, masih OK ko," ujarnya di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Dia mengatakan, harga bahan bakar yang tidak diatur pemerintah juga belum mengalami penyesuaian. Djoko menuturkan, belum ada badan usaha yang mengajukan kenaikkan harga.

"Belum, belum, masih aman mudah-mudahan kembali normal. Kita kan kemarin diketok US$ 63 sekitar itu lah," terangnya.

Lebih lanjut, dia memaparkan, Indonesia memang mengimpor 110 ribu barel per hari dari Arab. Kemudian, dia menjelaskan, Arab sendiri memproduksi 13,6 juta barel per hari. Dengan adanya serangan tersebut, produksi minyak Arab turun menjadi 7,9 juta barel per hari karena berkurang 5,7 juta barel per hari.

"Kita kan memang impor dari sana kan 110 ribu rata-rata per hari. Kan kapal tidak per hari dikumpulin dulu. Itu yang terganggu 5,7 juta barel per hari kan, sementara produksi Arab Saudi itu kan 13,6 juta, jadi masih ada 7,9 juta," katanya.

Dia menuturkan, Indonesia hanya memasok sedikit dari Arab. Menurutnya, serangan itu tak mengganggu pasokan minyak Indonesia.

"Ya kita cuma 0,11 juta barel, masih aman," tambahnya.

Dia juga meyakini, Arab tetap berkomitmen terhadap ekspornya. Di samping itu, pemerintah juga telah mengantisipasi pasokan minyak melalui pembelian minyak dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang berproduksi dalam negeri.

Mengantisipasi hal serupa, Djoko Siswanto mengimbau agar pemilik kilang memasang peralatan anti drone.

"Kita imbau nanti yang punya kilang minyak, produksi minyak untuk pasang kalau bisa anti drone. Ada kan anti drone," katanya.

Dia menuturkan, dengan anti drone maka pesawat tanpa awak yang melintas akan otomatis mati. Dengan begitu, kilang minyak akan aman.

"Jadi begitu drone masuk dia mati. Sip, keren kan. Asik," tambahnya.

Hide Ads