Hal ini diungkapkan Sofyan menanggapi penjelasan Pertamina dalam rapat dengar pendapat yang membahas mengenai industri penerbangan. Dalam rapat ini harga avtur kerap kali disebut jadi biang kerok yang memberatkan operasi maskapai penerbangan.
"Kenapa kita diatur di luar? Kita ini negara independen kenapa nggak menentukan harga sendiri? Apa kita tidak bisa berdaulat dengan negara sendiri," ucap Sofyan di ruang rapat Komisi V DPR, Jakarta, Senin (25/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ahok soal Mafia Migas: Saya Bukan Godfather |
Bahkan, Sofyan sempat curiga, jangan-jangan ada mafia dalam tubuh Pertamina yang mengatur harga avtur menjadi tinggi.
"Atau apakah ini ketidaktahuan saya atau carut marut permasalahan di Pertamina ini persoalan bangsa. Apakah ini ada mafia-mafia di Pertamina?" pungkas Sofyan.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra mengatakan bahwa memang acuan harga avtur yang umum digunakan berpatok pada MOPS. Dia menyebutkan bukan cuma Indonesia yang menggunakan acuan ini.
"Kenapa pake MOPS? MOPS itu memang publikasi dari lembaga di Singapura untuk harga produk. Itu dipakai di negara- negara Asia Tenggara bahkan hingga Jepang pun itu menjadi harga acuan," jawab Basuki.
Basuki menambahkan bahwa di Indonesia sendiri memang tidak memiliki harga acuan. Lagipula, seluruh maskapai pun sepakat untuk mengacu pada harga MOPS.
"Di Indonesia nggak ada harga publikasi. Dan itu sudah diketahui dan disepakati oleh buyer, salah satunya airline," ucap Basuki.
(dna/dna)