Merespons rencana itu, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra Kardaya Warnika menyebut hal tersebut sulit dan tidak logis. Mengingat, saat ini rata-rata produksi dan lifting minyak RI bahkan tak mencapai 750 ribu barel sehari.
"Saya mau tanyakan, 2025 itu bisa kira-kira dari mana gitu? Itu masuk akal logis atau tidak, kalau logis masuk akal coba jelaskan bagaimana logisnya, tetapi kalau tidak logis tidak usah dijelaskan," ujar Kardaya saat RDP di Gedung DPR, Selasa (4/2/2020).
Mantan Kepala BPH Migas ini pun langsung blak-blakan pada Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi, dua anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hulu dan pelaksana target tersebut.
"Saya bukannya pesimis tapi sangat pesimis," ungkapnya.
Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menjawab. Hal tersebut logis jika SKK Migas menjalankan skenario dan persyaratan terkait target lifting ini. Karena yang mencanangkan 1 juta barel per hari ini yakni SKK Migas.
"Terus terang saja yang mencanangkan 1 juta SKK Migas kan pak cuman kami dapat informasi," katanya.
"Kalau saya logis dengan syarat skenario yang dibuat oleh skk migas jalan semua, misalnya on stream masela tahun berapa on streamnya kemudian ada pengembangan2 tertentu itu benar terjadi," jelasnya.
(dna/dna)