Krisis energi 2014-2016 terancam akan terulang. Kejadian itu membangkrutkan puluhan perusahaan minyak dan gas AS dan menyebabkan ratusan ribu PHK. Meski industri akhirnya selamat, pengalaman itu terbukti sangat menyakitkan.
"Rusia melihat shale AS sangat rentan saat ini. Pandangan kami bahwa Rusia menargetkan produsen shale AS yang sarat utang," kata Ryan Fitzmaurice, ahli strategi energi di Rabobank.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Arab Saudi membalas serangan Rusia dengan menyatakan perang harga pada akhir pekan kemarin. Saudi memangkas harga jual resmi April sebesar $ 6 menjadi $ 8 dan berjanji untuk secara dramatis meningkatkan produksi, persis kebalikan dari apa yang dibutuhkan.
Saudi Aramco bersumpah untuk memompa 12,3 juta barel per hari pada April. Tidak hanya 27% di atas level saat ini, tetapi akan melebihi kapasitas maksimum perusahaan hingga 300.000 barel. Dengan kata lain, Aramco akan habis-habisan.
Selama bertahun-tahun, Rusia telah bergabung dengan OPEC dalam memotong produksi untuk meletakkan harga di bawah harga minyak. Namun setiap pemotongan produksi memaksa Rusia untuk menyerahkan pangsa pasar ke industri energi Amerika yang sedang booming - yang tentunya sangat memicu kemarahan para eksekutif minyak Rusia.
Rosneft, perusahaan minyak milik negara Rusia, menyebut aliansi OPEC memungkinkan shale oil AS berkembang.
(das/fdl)